Jadi
tidak setiap derita
jadi luka
tidak setiap sepi
jadi duri
tidak setiap tanda
jadi makna
tidak setiap jawab
jadi sebab
tidak setiap seru
jadi mau
tidak setiap tangan
jadi pegang
tidak setiap kabar
jadi tahu
tidak setiap luka
jadi kaca
memandang Kau
pada wajahku!
Puisi Karya Marhalim Zaini
Sampan Kayu
Akhirnya, senja itu juga jongkok,
yang perlahan menyusun sampan-sampan, menghitungnya sebagai barisan
sunyi
yang lelah, yang rebah, ditangkap diikat di akar-akar di kayu-kayu kaki-kaki
rumah, dan cahaya kikis, sekejap lagi habis
direngguk malam yang mengerang
di badanmu, disarungku;
sangkar segala burung yang bangkit
terbang ke hitam langit,
ke hitam waktu.
Kapan ia lahir, tuan?
Bulan mandul, dan kematian
duduk-duduk memancing ikan
di setiap sudut pantai.
Aku datang dan selalu terkenang
muasal pasir, dan siul sumbang
dari mancung bibirmu yang membuat
cekung pipimu, saat kucium berulang
biji-biji kopi mentah di lidahmu,
saat tak perlu kau sebut lagi
tentang pahitnya kerinduan
saat semua gurat lekat di daun-daun
(puisi: Marhalim Zaini)
Akhirnya, senja itu juga jongkok,
yang perlahan menyusun sampan-sampan, menghitungnya sebagai barisan
sunyi
yang lelah, yang rebah, ditangkap diikat di akar-akar di kayu-kayu kaki-kaki
rumah, dan cahaya kikis, sekejap lagi habis
direngguk malam yang mengerang
di badanmu, disarungku;
sangkar segala burung yang bangkit
terbang ke hitam langit,
ke hitam waktu.
Kapan ia lahir, tuan?
Bulan mandul, dan kematian
duduk-duduk memancing ikan
di setiap sudut pantai.
Aku datang dan selalu terkenang
muasal pasir, dan siul sumbang
dari mancung bibirmu yang membuat
cekung pipimu, saat kucium berulang
biji-biji kopi mentah di lidahmu,
saat tak perlu kau sebut lagi
tentang pahitnya kerinduan
saat semua gurat lekat di daun-daun
(puisi: Marhalim Zaini)
Mengapresiasi Unsur Batin Puisi
2. Unsur Batin
Ada empat unsur batin dalam puisi, yakni tema (sense), perasaan penyair, (felling), nada atau sikap penyair terhadap pembaca (tune), dan amanat (intention).
a. Tema
Tema merupakan gagasan pokok yang diungkapkan penyair dalam puisinya. Tema berfungsi sebagai landasan utama penyair dalam puisinya. Tema itulah yang menjadi keramngka pengembangan sebuah puisi. Jika landasan awalnya tetang ketuhanan, keseluruhan struktur puisi tidak lepas dari ungkapan-ungkapan eksistensi Tuhan. Demikian pula halnya, jika yang dominan adalah dorongan cinta dan kasih sayang ungkapa-ungkapan asmaralah yang akan ditonjolkan dalam puisi itu.
Contoh:
Doa
Dengan apakah kubandingkan pertemuan kita,
kekasihku?
Dengan senja saraan sepoi, pada masa purnama
meningkat naik. setelah menghalaukan panas payah terik
Angin malam menghembus lemah, menyejuk badan
melambung rasa menayang pikir, membawa angan ke bawah kursimu
Hatiku terang menerima kasihmu, bagai bintang
memasang lilinnya
Kalbuku terbuka menunggu kasihmu, bagai bintang
memasang lilinnya
Kalbuku terbuka menunggu kasihmu, bagai sedap
malam menyirak kelopak
Aduh, kekasihku, isi hatiku dengan katamu
penuhi dadaku dengan cayamu, biar bersinar
mataku sendu biar berbinar gelakku rayu!
Ada empat unsur batin dalam puisi, yakni tema (sense), perasaan penyair, (felling), nada atau sikap penyair terhadap pembaca (tune), dan amanat (intention).
a. Tema
Tema merupakan gagasan pokok yang diungkapkan penyair dalam puisinya. Tema berfungsi sebagai landasan utama penyair dalam puisinya. Tema itulah yang menjadi keramngka pengembangan sebuah puisi. Jika landasan awalnya tetang ketuhanan, keseluruhan struktur puisi tidak lepas dari ungkapan-ungkapan eksistensi Tuhan. Demikian pula halnya, jika yang dominan adalah dorongan cinta dan kasih sayang ungkapa-ungkapan asmaralah yang akan ditonjolkan dalam puisi itu.
Contoh:
Doa
Dengan apakah kubandingkan pertemuan kita,
kekasihku?
Dengan senja saraan sepoi, pada masa purnama
meningkat naik. setelah menghalaukan panas payah terik
Angin malam menghembus lemah, menyejuk badan
melambung rasa menayang pikir, membawa angan ke bawah kursimu
Hatiku terang menerima kasihmu, bagai bintang
memasang lilinnya
Kalbuku terbuka menunggu kasihmu, bagai bintang
memasang lilinnya
Kalbuku terbuka menunggu kasihmu, bagai sedap
malam menyirak kelopak
Aduh, kekasihku, isi hatiku dengan katamu
penuhi dadaku dengan cayamu, biar bersinar
mataku sendu biar berbinar gelakku rayu!
Mengapresiasi Puisi
Puisi adalah bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata indah dan kaya akan makna. Keindahan sebuah puisi disebabkan oleh diksi, majas, rima, dan irama yang terkandung dalam karya sastra tersebut. Adapun kekayaan makna yang terkandung dalam puisi disebabkan oleh peradatan segala unsur bahsa. Bahasa yang digunakan dalam puisi berbeda dari bahasa yang digunakan sehari-hari. Puisi menggunakan bahasa yang ringkas, namun kaya akan makna. Kata-kata yang digunakan adalah kata-katya konotatif, yang mengandung banyhak penafsiran dan pengertian.
Unsur fisik dan unsur bathin puisi.
1. Unsur Fisik
Unsur fisik puisi meliputi diksi, pengimajian, kata konkret, bahasa figuratif, rima dan ritma, serta tata wajah.
a. Diksi (pilihan Kata)
Kata-kata yang digunakan dalam puisi merupakan hasil pemilihan yang sangat cermat. Kata- kata tersebut merupakan hasil pertimbangan, baik makna, susunan bunyinya maupun hubungan kata itu dengan kata-kata lain dalam baris dan baitnya.
Kedudukan kata-kata dalam puisi sangat penting. Kata-kata ini harus bersifat konotatif sehingga maknanya dapat lebih dari satu. Kata-kata yang dipilih harus bersifat puitis, yang mempunyai efek keindahan. Bunyinya pun harus indah dan memiliki keharmonisan dengan kata-kata lainnya.
b. Pengimajian
Pengimajian dapat didefinisikan sebagai kata atau susunan kata yang dapat menimbulkan khayalan atau imajinasi. Dengan daya imajinasi tersebut, pembaca seolah-olah merasakan, mendengarkan, atau melihat sesuatu yang diungkapkan penyair.
Unsur fisik dan unsur bathin puisi.
1. Unsur Fisik
Unsur fisik puisi meliputi diksi, pengimajian, kata konkret, bahasa figuratif, rima dan ritma, serta tata wajah.
a. Diksi (pilihan Kata)
Kata-kata yang digunakan dalam puisi merupakan hasil pemilihan yang sangat cermat. Kata- kata tersebut merupakan hasil pertimbangan, baik makna, susunan bunyinya maupun hubungan kata itu dengan kata-kata lain dalam baris dan baitnya.
Kedudukan kata-kata dalam puisi sangat penting. Kata-kata ini harus bersifat konotatif sehingga maknanya dapat lebih dari satu. Kata-kata yang dipilih harus bersifat puitis, yang mempunyai efek keindahan. Bunyinya pun harus indah dan memiliki keharmonisan dengan kata-kata lainnya.
b. Pengimajian
Pengimajian dapat didefinisikan sebagai kata atau susunan kata yang dapat menimbulkan khayalan atau imajinasi. Dengan daya imajinasi tersebut, pembaca seolah-olah merasakan, mendengarkan, atau melihat sesuatu yang diungkapkan penyair.
INFO PENGAJUAN PENYETARAAN GURU NON PNS
Untuk Bapak/Ibu Guru Non PNS yang ingin mengajukan penyetaraan jabatan (impasing).
Syarat-syarat pengajuan impasing:
- pengantar dari kepala sekolah,
- NUPTK bisa fotokopi kartu NUPTK atau lembar dari Padamu Negeri,
- Biodata dapat diakses dari http://dapodikmen.kemdikbud.go.id
- SK Pengangkatan Guru tetap dari yayasan dilegalisir dinas pendidikan setempat,
- Ijazah minimal S1 dan harus dilegalisasi kampus Akreditasi minimal ,
- SK pembagian tugas mengajar semester terkhir dan dilegalisasi dinas pendidikan setempat,
- Surat keterangan dari kepala sekolah bahwa guru yang bersangkutan memiliki kinerja baik selama 4 semester terakhir,
- SK pengangkatan kepala sekolah, wakil kepala sekolah, kepala lab, kepala perpus, kepala bvengkel, 9jika ada)
- Foto kopi Sertifikat Pendidik
- NRG
u.p Direktur Pembinaan Guru Dikmen
Direktorat Jendral Guru dan Tenaga Kependidikan, Kemdikbud
Untuk mempermudah identifikasi berkas usulan diharapkan menggunakan stopmap
- Jawa Barat : Kuning
- Jawa Tengah dan Timur : Merah
- Sumatera : Hijau
- DKI : Biru
Semoga bermanfaat
Apresiasi Puisi
Posting, 20 Januari 2016
Dalam Kamus Istilah Sastra, Abdul Razak zaidan (1991) membatasi pengertian apresiasi puisi sebagai penghargaan atas puisi sebagai hasil pengenalan, pemahaman, penafsiran, penghayatan, dan penikmatan atas karya tersebut yang didukung oleh kepekaan batin terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam puisi itu. Dalam batasan ini, syarat untuk dapat mengapresiasi karya sastra adalah kepekaan batin terhadap nilai-nilai karya sastra sehingga seseorang mengenal, memahami, menafsirkan, menghayati, dan menikmati karya sastra tersebut.
Untuk mengapresiasi puisi, kita harus mengenal hakikat puisi, yaitu tema, nada, dan suasana, perasaan serta amanat dari puisi tersebut.
1. Tema Puisi
Tema adalah gagasan pokok yang dikemukakan oleh penyair melalui puisinya. Tema mengacu pada penyair. Pembaca harus mengetahui latar belakang penyair agar tidak salah menafsirkan tema sebuah puisi. Oleh karena itu, tema bersifat khusus (diacu dari penyair), objektif (semua pembaca harus menafsirkan sama), dan lugas (bukan makna kias yang diambil dari konotasinya).
Tema yang banyak terdapat da;lam puisi adalah tema ketuhanan (religius), kemanusiaan, cinta, patriotisme, perjuangan, kegagalan hidup, alam, keadilan, kritik sosial, demokrasi, dan kesetiakawanan.
Sebagai contoh puisi "Gadis Peminta-minta" karya Toto Sudarto Bachtiar.
Dalam Kamus Istilah Sastra, Abdul Razak zaidan (1991) membatasi pengertian apresiasi puisi sebagai penghargaan atas puisi sebagai hasil pengenalan, pemahaman, penafsiran, penghayatan, dan penikmatan atas karya tersebut yang didukung oleh kepekaan batin terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam puisi itu. Dalam batasan ini, syarat untuk dapat mengapresiasi karya sastra adalah kepekaan batin terhadap nilai-nilai karya sastra sehingga seseorang mengenal, memahami, menafsirkan, menghayati, dan menikmati karya sastra tersebut.
Untuk mengapresiasi puisi, kita harus mengenal hakikat puisi, yaitu tema, nada, dan suasana, perasaan serta amanat dari puisi tersebut.
1. Tema Puisi
Tema adalah gagasan pokok yang dikemukakan oleh penyair melalui puisinya. Tema mengacu pada penyair. Pembaca harus mengetahui latar belakang penyair agar tidak salah menafsirkan tema sebuah puisi. Oleh karena itu, tema bersifat khusus (diacu dari penyair), objektif (semua pembaca harus menafsirkan sama), dan lugas (bukan makna kias yang diambil dari konotasinya).
Tema yang banyak terdapat da;lam puisi adalah tema ketuhanan (religius), kemanusiaan, cinta, patriotisme, perjuangan, kegagalan hidup, alam, keadilan, kritik sosial, demokrasi, dan kesetiakawanan.
Sebagai contoh puisi "Gadis Peminta-minta" karya Toto Sudarto Bachtiar.
Memahami Jenis-Jenis Frasa
1.
Pengertian Frasa
Adalah kelompok kata / gabungan dua kata
atau lebih yang membentuk satu kesatuan dan memiliki satu makna gramatikal.
Ciri-ciri Frasa:
a.
terbentuk atas dua kata atau lebih dalam
pembentukannya.
b.
menduduki fungsi gramatikal dalam kalimat.
c.
mengandung satu kesatuan makna gramatikal.
d.
bersifat nonpredikatif.
Contoh Frasa:
-
gunung tinggi
-
guru bahasa Indonesia
-
dengan tangan kiri
-
tidak harus belajar
-
membanting tulang
Menyusun Proposal Kegiatan
1.
Pengertian Proposal
proposal merupakan rencana yang dituangkan dalam bentuk rancangan kerja.
Proposal dibuat dengan tujuan untuk mendapatkan izin atau persetujuan atas
kegiatan yang akan dilaksanakan
2.
Manfaat Proposal
a. Menjadi rencana yang mengarahkan panitia dalam melaksanakan kegiatan tersebut.
a. Menjadi rencana yang mengarahkan panitia dalam melaksanakan kegiatan tersebut.
b.
Menjelaskan secara tidak langsung kepada pihak-pihak yang ingin mengetahui kegiatan
tersebut.
3.
Hal-hal yang harus di perhatikan dalam membuat
Proposal
a.
Penyusunan proposal hendaknya menunjuk orang
atau beberapa orang yang ahli dalam
menyusun proposal, sebaiknya yang memiliki keterkaitan dengan kegiatan yang
diselenggarakan.
b.
Penyusun proposal mempersiapkan bahan-bahan dan
informasi
c.
Menyusun draft proposal dengan sistematis,
menarik, dan realistis
d.
Proposal dibicarakan dalam forum musyawarah
untuk dibahas,direvisi dan disetujui.
e.
Dibuat proposal yang telah disempurnakan untuk
dipergunakan sebagaimana mestinya.
f.
Proposal diperbanyak dan didistribusikan kepada
pihak-pihak yang dituju, baik internal maupun eksternal
4.
Unsur – unsur Proposal
Secara umum unsur –unsur proposal
kegiatan adalah:
a. Nama Kegiatan
Nama kegiatan dalam pembuatan proposal kegiatan
disebut dengan judul proposal
b. Latar Belakang
Latar belakang/Dasar
pemikiran berisi uraian mengenai alasan-alasan mengapa suatu kegiatan perlu
dilaksanakan.
c. Tujuan
Tujuan yaitu siapa
saja yang dihrapkan menjadi objek/target kegiatan.
d. Pelaksanaan
Pelakasana biasanya
berupa struktur organisasi yang terdiri atas ketua,wakil ketua, sekretaris,
bendahara, dan seksi-seksi sesuai dengan kebutuhan.
e. Pihak- pihak lain yang terlibat
Tidak jarang dalam
proposal sebuah acara dicantumkan pihak-pihak yang dipandang memiliki daya
tarik karena jabatan sehingga acara yang diproposalkan itu lebih Memilki daya
tarik.
Rincian Biaya
Rincian biaya berisi
penjelasan tentang beberapa biaya yang dibutuhkan dan darimana sumber secara detail tentang biaya pada
umumnya dijelaskan dalam lampiran.
Penutup
Penutup biasanya
berisi tentang apa yang diharapkan dari para pembaca.
Kalimat Aktif dan Kalimat Pasif
Kalimat
aktif
Kalimat yang
subjeknya melakukan pekerjaan atau
melakukan perbuatan.
Ciri-ciri :
1. Subjeknya
sebagai pelaku.
2.
Predikatnya berawalan me- atau ber-.
3.
Predikatnya tergolong kata kerja aus.
Contoh :
ü
Adik membaca buku
ü
Tatang bermain bola.
ü
Yuli mandi di kolam renang.
ü
Wawan telah membeli buku gambar.
ü
Gunung Galunggung meletus tahun 80-an.
ü
Paman hendak memelihara ayam negeri.
ü
Kucing hitam itu menangkap tikus di lumbung
padi.
Kalimat
Pasif
Kalimat yang
subjeknya dikenai pekerjaan atau dikenai
perbuatan.
Ciri-ciri :
1.
Subjeknya sebagai penderita.
2.
Predikatnya
berawalan di-, ter-, atau ter-kan.
3.
Predikatnya berupa predikat persona (kata ganti orang, disusul oleh kata kerja yang kehilangan awalan).
Cara
mengubah kalimat aktif menjadi kalimat pasif :
1.
Subjek ~ Objek
2.
Predikat berimbuhan me- ~ di-
3.
Bila subjeknya berupa kata ganti orang pada
kalimat aktif maka predikat pada kalimat aktif tidak menggunakan awalan di-.
Kata ganti orang tersebut diletakkan sebelum predikat tanpa imbuhan.
Contoh :
1. Andi membaca novel di kamar.
S P
O K
(kalimat
aktif)
Novel
dibaca Andi di kamar.
S
P O K
(kalimat
pasif)
2. Saya menulis cerita di teras rumah.
S P
O K
(kalimat aktif)
Cerita saya tulis
di teras rumah.
S O
P K
(kalimat pasif)
Cara
mengubah kalimat aktif menjadi kalimat pasif:
1.
Pertukarkanlah pengisi subjek (S) dengan pengisi Objek (O) atau ubahlah letak S-P-O menjadi O-P-S / O-S-P.
2.
Gantilah awalan me- (N-) dengan di- pada predikat.
3.
Tambahkan kata oleh di belakang predikat (manasuka)
Kalimat
langsung
1.
Kalimat yang secara cermat menirukan apa yang
diujarkan orang.
2.
Kalimat berita yang memuat peristiwa atau
kejadian dari sumber lain dengan lngsung menirukan, mengutip atau mengulang
kembali ujaran dari sumber tersebut.
Bertanda
petik dalam bahasa tertulis.
1.
Intonasi:
bagian kutipan bernada lebih tinggi dari bagian lainnya.
2.
Berkemungkinan susunan :
a. pengiring/kutipan
b. kutipan/pengiring
c. kutipan/pengiring/kutipan
3. Penulisan huruf
awal kutipan dengan huruf kapital pada susunan cara ke-1, ke-2, dan kutipan pertama
cara ke-3.
4. Bagian kutipan
ada yang berupa kalimat tanya, kalimat berita, atau kalimat perintah.
Contoh :
1. Ayah menyuruh, “Antarkan surat ini ke
kantor Bapak!” (pengiring/kutipan).
2. “Ayo, masuk
satu-satu” gertak polisi kepada tiga orang pencopet yang baru saja tertangkap. (kutipan/pengiring).
Mengenal Jenis-jenis Karangan Eksposisi
Menurut Gorys keraf, Karangan eksposisi atau pemaparan adalahsalah satu bentuk tulisan retorika yang berusaha untuk menerangkan dan menguraikan suatu pokok pikiran yang dapat memperluas pandangan atau pengetahuan seseorang.
Berkenaan dengan hal tersebut, eksposisi kerap digunakan dalam tulisan-tulisan ilmiah. Karangan eksposisi berusaha memaparkan sesuatu dengan sejelas-jelasnya sehingga para pembaca mendapat pengetahuan yang luas.
Ciri-ciri paragraf eksposisi, antara lain:
a. Eksposisi analisis ilustrasi
contoh:
Cengkeh, pohon yang tetap hijau, sysygium aromaticum (eugenia carvophullata), asli di kepulauan Maluku. Kuncup bunganya yang belum terbuka ialah rempah yang penting. Disamping penggunaan terpenting sebagai rempah, kuncup bunga yang berbentuk paku, jika sudah dikeringkan, dipakai di pulau jawa sebagai campuran tembakau, lebih-lebih sesudah tahun 1915, dengan majunya perusahaan rokok kretek di Kudus dan tempat-tempat lain; selain itu, kadang-kadang sesudah digiling, digunakan untuk mengharumkan kue. Juga menghasilkan minyak uap yang digunakan dalam obat-obatan dan minyak wangi.
Berkenaan dengan hal tersebut, eksposisi kerap digunakan dalam tulisan-tulisan ilmiah. Karangan eksposisi berusaha memaparkan sesuatu dengan sejelas-jelasnya sehingga para pembaca mendapat pengetahuan yang luas.
Ciri-ciri paragraf eksposisi, antara lain:
- erusaha menjelaskan tentang sesuatu
- gaya penulisannya bersifat informatif
- fakta dipakai sebagai alat kontributif
- fakta dipakai sebagai alat konkritasi.
a. Eksposisi analisis ilustrasi
contoh:
Cengkeh, pohon yang tetap hijau, sysygium aromaticum (eugenia carvophullata), asli di kepulauan Maluku. Kuncup bunganya yang belum terbuka ialah rempah yang penting. Disamping penggunaan terpenting sebagai rempah, kuncup bunga yang berbentuk paku, jika sudah dikeringkan, dipakai di pulau jawa sebagai campuran tembakau, lebih-lebih sesudah tahun 1915, dengan majunya perusahaan rokok kretek di Kudus dan tempat-tempat lain; selain itu, kadang-kadang sesudah digiling, digunakan untuk mengharumkan kue. Juga menghasilkan minyak uap yang digunakan dalam obat-obatan dan minyak wangi.
Hubungan Bahasa Indonesia dengan Bahasa Daerah dan Bahasa Asing
Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang terpenting diantara beratus-ratus bahasa daerah yang jumlah penuturnya berkisar antara beberapa ratus orang dan tujuh puluh juta orang (bahasa Jawa). Di samping itu, ada sejumlah bahasa asing, seperti bahasa Inggris, Arab, Cina, Jepang, dan belanda, yang digunakan oleh kalangan masyarakat tertentu.Ketiga golongan bahasa itu masing-masing menjalankan fungsi kemasyarakatan yang khusus.
Di antara sejumlah fungsi kemasyarakatan yang terpenting dapat disebutkan
1. fungsi bahasa resmi pada taraf negara atau daerah.
2. fungsi bahasa perhubungan luas.
3. fungsi bahasa pendidikan formal.
4. fungsi bahasa kesenian.
5. fungsi bahasa keilmuan dan keteknologian
Fungsi bahasa resmi pada taraf nasional, misalnya, dijalankan oleh bahasa Indonesia. Hal itu berarti bahwa di dalam segala urusan negara yang resmi, seperti dalam tata usaha, peradilan, dan penyelenggaraan politiknya, dipakai bahasa Indonesia. Di samping itu, dapat dicatat bahwa didalam berbagai upacara adat bahasa daerah juga berfungsi sebagai bahasa resmi. Artinya, bahasa daerah dipakai dimuka umum pada kesempatan seperti itu. Pada pertemuan Internasional yang diselenggarakan di Indonesia, bahasa Asing seperti bahasa Inggris juga diterima sebagai bahasa resmi disamping bahasa Indonesia.
fungsi bahasa perhubungan luas dalam komunikasi antara daerah dan antar budaya ditunaikan oleh bahasa Indonesia dan sejumlah bahasa asing. Dalam fungsi itu bahasa Indonesia menjadi alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan, pemerintahan, dan pelaksanaan pembangunan. Bahasa Asing berfungsi sebagai alat perhubungan antar bangsa dan untuk perolehan ilmu dan teknologi modern.
Di antara sejumlah fungsi kemasyarakatan yang terpenting dapat disebutkan
1. fungsi bahasa resmi pada taraf negara atau daerah.
2. fungsi bahasa perhubungan luas.
3. fungsi bahasa pendidikan formal.
4. fungsi bahasa kesenian.
5. fungsi bahasa keilmuan dan keteknologian
Fungsi bahasa resmi pada taraf nasional, misalnya, dijalankan oleh bahasa Indonesia. Hal itu berarti bahwa di dalam segala urusan negara yang resmi, seperti dalam tata usaha, peradilan, dan penyelenggaraan politiknya, dipakai bahasa Indonesia. Di samping itu, dapat dicatat bahwa didalam berbagai upacara adat bahasa daerah juga berfungsi sebagai bahasa resmi. Artinya, bahasa daerah dipakai dimuka umum pada kesempatan seperti itu. Pada pertemuan Internasional yang diselenggarakan di Indonesia, bahasa Asing seperti bahasa Inggris juga diterima sebagai bahasa resmi disamping bahasa Indonesia.
fungsi bahasa perhubungan luas dalam komunikasi antara daerah dan antar budaya ditunaikan oleh bahasa Indonesia dan sejumlah bahasa asing. Dalam fungsi itu bahasa Indonesia menjadi alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan, pemerintahan, dan pelaksanaan pembangunan. Bahasa Asing berfungsi sebagai alat perhubungan antar bangsa dan untuk perolehan ilmu dan teknologi modern.
Seni Teater Tradisional Indonesia
Teater berasal dari kata Yunani,
“theatron” (bahasa Inggris Seeing Place) yang artinya tempat atau gedung
pertunjukan. Dalam perkembangannya, dalam pengertian lebih luas kata teater
diartikan sebagai segala hal yang dipertunjukkan di depan orang banyak
(khalayak). Dengan demikian, dalam
rumusan sederhana teater adalah pertunjukan, misalnya; ketoprak, ludruk,
wayang, wayang wong, sintren, janger, mamanda, dagelan, sulap, acrobat dan lain
sebagainya. Teater dapat dikatakan sebagai manifestasi dari aktivitas naluriah,
misalnya, anak-anak bermain sebagai ayah dan ibu, bermain perang-perangan, dan
lain sebagainya. Selain itu, teater merupakan manifestasi pembentukan strata
social kemanusiaan yang berhubungan dengan masalah ritual. Misalnya upacara
adat maupun upacara kenegaraan, keduanya mempunyai unsur-unsur teatrikal dan
bermakna filosofis.
Teater Tradisional Indonesia
Kasim
Achmad dalam bukunya Mengenal Teater Tradisional di Indonesia (2006)
mengatakan, sejarah teater tradisional dimulai sejak sebelum Zaman Hindu. Pada
zaman itu, ada tanda-tanda bahwa unsur-unsur teater tradisional banyak
digunakan untuk mendukung upacara keagamaan ataupun upacara adat-istiadat dalam
tatacara kehidupan masyarakat kita.
Munculnya
teater tradisional Indonesia sangat bervariasi dari satu daerah dengan daerah
lainnya. Hal ini disebabkan oleh unsur-unsur pembentuk teater tradisional itu
berbeda-beda., tergantung kondisi dan sikap budaya masyarakat. sumber dan
tata-cara dimana teatter tradisional lahir. Berikut ini di sajikan beberapa
bentuk teater tradisional yang ada di Indonesia.
1. Wayang Kulit
Wayang kulit termasuk jenis teater tradisional yang sangat
tua, dan dapat ditelusuri asal muasalnya.
Dalam menelusuri sejak kapan ada pertunjukan wayang di Jawa, dapat kita
temukan berbagai prasasti pada Zaman Raja Jawa, antara lain pada masa Raja
Balitung. Pada masa pemerintahan Raja Balitung, telah ada pertunjukan wayang
seperti yang terdapat pada prasasti Balitung dengan tahun 907 Masehi. Prasasti
tersebut mewartakan bahwa pada saat itu telah dikenal adanya pertunjukan
wayang.
2. Wayang Wong (wayang orang)
Wayang Wong dalam bahasa Indonesia artinya wayang orang,
yaitu pertunjukan wayang kulit, tetapi dimainkan oleh orang. Wayang Wong adalah
bentuk teater tradisional Jawa yang berasal dari Wayang Kulit yang
dipertunjukan dalam bentuk berbeda; dimainkan oleh orang lengkap dengan
menyanyi dan menari.
3. Makyong
Merupakan suatu jenis teater tradisional yang bersifat
kerakyatan. Makyong yang paling tua ada di pulau Matang salah satu pulau di daerah
Riau.
4. Randai
Randai merupakan suatu bentuk teater tradisional yang
terdapat di daerah Minangkabau.
5. Mamanda
Mamanda merupakan teater tradisional daerah Kalimantan.
6. Lenong
Lenong merupakan teater rakya Betawi.
7. Longser
Longser merupakan jenis teater tradisional yang bersifat
kerakyatan dan terdapat di Jawa Barat.
8. Ubrug
Ubrug merupakan teater tradisional yang terdapat di daerah
Banten.
9. Ketoprak
Ketoprak merupakan teater rakyat yang paling popular,terutama
didaerah Yogyakarta dan daerah Jawa Tengah.
10. Ludrug
Ludrug merupakan teater tradisional yang bersifat kerakyatan
di daerah Jawa Timur berasal dari daerah Jombang.
11. Gambauh
Gambuh merupakan teater tradisional yang paling tua di Bali.
12. Arja
Arja merupakan jenis teater tradisional yang bersifat
kerakyatan terdapat di Bali.
NAFAS DOA KU UNTUKMU CINTA
Pada satu Jiwa,
Ku ingin berteduh dr segala keluh dan gaduh,
Menegadah segala lelah menggegam hikmah diatas Sajadah.
Bercampur pilu menyatu,
Ku sisir padu,
Bagai ilalang padang pasir,kering gersang tak berair.
Ketika malam gelap gulita,
Riuh gundah Anginpun menyapa,
Bahkan tanpa Purnama,
Ku haturkan untaian doa yang ku pungut dari tiap serpihan
luka memaut air mata.
Penggunaan Bahasa yang Baik dan Benar
Jika bahasa sudah baku atau standar, baik yang ditetapkan secara resmi lewat surat putusan pejabat pemerintah atau maklumat, maupun yang diterima berdasarkan kesepakatan umum dan yang wujudnya dapat kita saksikan pada praktik pengajaran bahasa kepada khalayak, maka dapat dengan lebih mudah dibuat perbedaan antara bahasa yang benar dengan yang tidak. Pemakaian bahasa yang mengikuti kaidah yang dibakukan atau yang dianggap baku itulah yang merupakan bahasa yang benar. Jika orang masih membedakan pendapat tentang benar tidaknya suatu bentukbahasa, perbedaan paham itu menandakan tidak atau belum adanya bentuk baku yang mantap. Jika dipandang dari sudut itu, kita mungkin berhadapan dengan bahasa yang semua tatarannya sudah dibakukan; atau yang sebagainnya sudah baku, sedangkan bagian yang lain masih dalam proses pembakuan; ataupun yang semua bagiannya belum atau tidak bakukan. Bahasa Indonesia, agaknya, termasuk golongan yang kedua. Kaidah ejaan dan pembentukan istilah kita sudah distandarkan; kaidah pembentukan kata yang sudah tepat dapat dianggap baku, tetapi pelaksanaan patokan itu dalam kehidupan sehari-hari belum mantap.
Orang yang mahir menggunakan bahasanya sehingga maksud hatinya mencapai sasarannya, apa pun jenisnya itu, dianggap telah dapat berbahasa dengan efektif. Bahasanya membuat efek atau hasil karena serasi dengan peristiwa atau keadaan yang dihadapinya. Pemanfaatan ragam yang tepat dan serasi menurut golongan penutur dan jenis pemakaian bahasa itulah yang disebut bahasa yang baik atau tepat. Bahasa yang harus mengenai sasarannya tidak selalu beragam baku. Dalam tawar menawar di pasar, misalnya, pemakaian ragam baku akan menimbulkan kegelian, keheranan, atau kecurigaan. Akan sangat ganjillah bila dalam tawar-menawar dengan tukang sayur atau tukang becak kita memakai bahasa baku seperti:
Contoh 1. Berapakah Ibu menjual bayam ini?
2. Apakah Bang Becak bersedia mengantar saya ke Pasar Jatinegara dan berapakah ongkosnya?
Contoh di atas adalah contoh bahasa Indonesia yang baku dan benar, tetapi tidak baik dan tidak efektif karena tidak cocok dengan situasi pemekaian kalimat-kalimat itu. Untuk situasi seperti di atas, kalimat (3) dan (4) berikut lebih tepat.
Contoh 3. Berapa nih, Bu, bayemnya?
4. Ke Pasar Jatinegara, Bang. Berapa?
Sebaliknya kita mungkin berbahasa dengan baik, tetapi tidak benar. Frasa seperti ini hari merupakan bahasa yang baik sampai tahun 80-an di kalangan para makelar karcis bioskop, tetapi bentuk itu tidak merupakan bahasa yang benar karena letak kedua kata dalam frasa ini terbalik.
Karena itu, anjuran agar kita "berbahasa Indonesia dengan baik dan benar" dapat diartikan pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya dan yang di samping itu mengikuti kaidah bahasa yang betul. Ungkapan "bahasa Indonesia yang baik dan benar" mengacu ke ragam bahasa yang sekaligus memenuhi persyaratan kebaikan dan kebenaran.
Orang yang mahir menggunakan bahasanya sehingga maksud hatinya mencapai sasarannya, apa pun jenisnya itu, dianggap telah dapat berbahasa dengan efektif. Bahasanya membuat efek atau hasil karena serasi dengan peristiwa atau keadaan yang dihadapinya. Pemanfaatan ragam yang tepat dan serasi menurut golongan penutur dan jenis pemakaian bahasa itulah yang disebut bahasa yang baik atau tepat. Bahasa yang harus mengenai sasarannya tidak selalu beragam baku. Dalam tawar menawar di pasar, misalnya, pemakaian ragam baku akan menimbulkan kegelian, keheranan, atau kecurigaan. Akan sangat ganjillah bila dalam tawar-menawar dengan tukang sayur atau tukang becak kita memakai bahasa baku seperti:
Contoh 1. Berapakah Ibu menjual bayam ini?
2. Apakah Bang Becak bersedia mengantar saya ke Pasar Jatinegara dan berapakah ongkosnya?
Contoh di atas adalah contoh bahasa Indonesia yang baku dan benar, tetapi tidak baik dan tidak efektif karena tidak cocok dengan situasi pemekaian kalimat-kalimat itu. Untuk situasi seperti di atas, kalimat (3) dan (4) berikut lebih tepat.
Contoh 3. Berapa nih, Bu, bayemnya?
4. Ke Pasar Jatinegara, Bang. Berapa?
Sebaliknya kita mungkin berbahasa dengan baik, tetapi tidak benar. Frasa seperti ini hari merupakan bahasa yang baik sampai tahun 80-an di kalangan para makelar karcis bioskop, tetapi bentuk itu tidak merupakan bahasa yang benar karena letak kedua kata dalam frasa ini terbalik.
Karena itu, anjuran agar kita "berbahasa Indonesia dengan baik dan benar" dapat diartikan pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya dan yang di samping itu mengikuti kaidah bahasa yang betul. Ungkapan "bahasa Indonesia yang baik dan benar" mengacu ke ragam bahasa yang sekaligus memenuhi persyaratan kebaikan dan kebenaran.
Syair Tentang "Si Gila"
Si Gila
Berdandan peluh rambut kusut,
Bau keringat menyengat membahana kota,
Berjalan tanpa arah tiada tujuan ter arah,
Tak ada perhatian sapaan jangan tanya...
Berlalu waktu membisu biru,
Bermain tanah mandi kubang,
Tak perduli mata siapa terpasang,
Asalkan ia senang semua selesai...
Satu hari berjalan tanpa hambatan,
Tak ada gangguan yang menghadang,
Lapar haus gerah biarlah katanya,
Semua sudah tertulis nasib manusia...
Jangan kau lihat tubuh bau ku,
Katanya kepada dinding kampus,
Seolah dinding itu menjawab,
pakai lah badan ku,
agar kau seperti layak nya pria tampan menggoda dara,
hadirkan Syair Cinta antara dinding-dinding ku yang kian
kusam.
Aku memperhatikan gadis mungil itu disana,
bisikan nya kepada dinding tua tak berwarna,
Dia bagaikan orang "gila" berbicara sendiri,
Padahal yang "Gila" dia karena berbicara tanpa
koma.
Dengan dinding-dinding kampus
bernuansa sambil bersiul ria,
tak perduli senja mendekati asa...
Smoga Terhibur
Ungkapan Cinta
Bila tak kunyatakan Keindahan-Mu dalam kata,
Ku simpan kasih-Mu dalam dada.
Bila ku cium harum mawar tanpa cinta-Mu,
Segera saja bagai duri bakarlah aku.
Meskipun aku diam tenang bagai Ikan,
Tapi aku gelisah pula bagai ombak dalam Lautan.
Engkau yang telah menutup rapat bibirku,
Tariklah misaiku ke dekat-Mu.
Apakah maksud-Mu ?
Mana kutahu?
Aku hanya tahu bahwa aku siap dalam iringan ini selalu.
Kukunyah lagi makanan kepedihan mengenangmu,
Bagai unta menambah biak makanannya,
Dan bagai unta yang geram mulutku berbusa.
Meskipun aku tinggal tersembunyi dan tidak bicara,
Di hadirat kasih aku jelas dan nyata.
Aku bagai benih di bawah tanah,
Aku menanti tanda musim semi.
Hingga tanpa nafasku sendiri aku dapat bernafas wangi,
Dan tanpa kepalaku sendiri aku dapat membelai kepala lagi.
Terima Kasih Semoga Terhibur....
Surat dari Ibu
Pergi ke dunia, anakku sayang
Pergi ke hidup bebas
Selama angin masih angin buritan
Dan matahari pagi menyinari daun-daunan
Dalam rimba dan padang hijau
Pergi ke laut lepas, anakku sayang
Pergi ke alam bebas
Selama hari belum petang
Dan warna senja belum kemerah-merahan
Menutup pintu waktu lampau
Jika bayang telah pudar
Dan elang laut pulang ke sarang
Angin bertiup ke benua
Tiang-tiang akan kering sendiri
Dan nakhkoda sudah tahu pedoman
Boleh engkau datang padaku
Kembali pulang, anakku sayang
Kembali ke balik malam
Jika ka[almu telah rapat ke tepi
Kita akan bercerita
"tentang cinta dan hidupmu di pagi hari"
Karya Asrul Sani
Pergi ke hidup bebas
Selama angin masih angin buritan
Dan matahari pagi menyinari daun-daunan
Dalam rimba dan padang hijau
Pergi ke laut lepas, anakku sayang
Pergi ke alam bebas
Selama hari belum petang
Dan warna senja belum kemerah-merahan
Menutup pintu waktu lampau
Jika bayang telah pudar
Dan elang laut pulang ke sarang
Angin bertiup ke benua
Tiang-tiang akan kering sendiri
Dan nakhkoda sudah tahu pedoman
Boleh engkau datang padaku
Kembali pulang, anakku sayang
Kembali ke balik malam
Jika ka[almu telah rapat ke tepi
Kita akan bercerita
"tentang cinta dan hidupmu di pagi hari"
Karya Asrul Sani
Kelompok Gaya Bahasa/Majas Perbandingan
Majas adalah
bahasa kias yang dipergunakan untuk menciptakan efek tertentu/kemampuam
memililih kata-kata dan memandukan kata-kata dengan kata untuk memberi bentuk
pada lukisan/deskripsi sehingga menjadi lebih hidup dan menimbulkan kiasan yang
lebih mendalam.
Jenis Majas:
1.
Majas
perbandingan
a.
Asosiasi
(simile) adalah perbandingan dua hal yang pada hakikatnya berbeda tetapi
sengaja dianggap sama.
Majas ini ditandai dengan
banyak, bagaikan, seumpama, seperti, baik, laksana.
Contoh :
Ø Semangatnya keras bagaikan baja
Ø Wajahnya bagai bulan purnama
Ø Hatinya pucat bagai mayat
Ø Mukanya pucat bagai mayat
Ø Pikirannya kusut seperti benang
dilanda ayam
Ø Hatinya lembut bagaikan sutera
Ø Wajahnya muram bagai bulan kesiangan
Ø Seperti menggarami lautan
Ø Ibarat pungguk (burung elang/burung
hantu) merindukan bulan (sangat
merindukan kepada kekasihnya)
Ø Sebagai mecari jarum dalam jerami
b.
Metafora
adalah majas perbandingan yang diungkapkan secara dan pada perbandingan secara
implisit tanpa kata pembanding/perbandingan langsung suatu benda dengan benda
lain yang mempunyai sifat sama.
Contoh :
Ø Dia dianggap anak emas majikannya
Ø Perpustakaan adalah gudang ilmu
Ø Raja siang keluar dari ufuknya
Ø Buah tangan yang kubawakan sangat
berkesan untukku (oleh-oleh)
Ø Ibu tidak ingin kelak kamu hanya menjadi
sampah masyarakat (pengganggu ketertiban umum)
Ø Raja siang baru saja keluar dari
peraduan (matahari)
Ø Raja siang bersinar di ufuk timur
(matahari)
Ø Pancasila akan hidup subur dalam taman
sari menulis bertuhan
Ø Dewi malam keluar dari peraduannya
Ø Semangatnya membaja untuk mencapai
cita-cita
c.
Pesonafikasi
ialah majas perbandingan yang benda-benda secara tidak bernyawa seolah-olah
memiliki sifat seperti manusia.
Contoh :
Ø Badai mengamuk dan merobohkan rumah
penduduk
Ø Daun kelapa melambai-lambai di tepi pantai
Ø Awan hitam menebal diiringi halilintar
bersahut-sahutan
Ø Bel sekola memanggu-manggu para siswa
untuk masuk ruangan
Ø Embun menari diatas daun
Ø Guntur bersahutan-sahutan pada tengah
derasnya hujan
Ø Burung-burung bernyanyi menanti pagi
tiba
Ø Menjerit peluit kereta malam
Ø Bulan bersembunyi di balik awan
Ø Awan hitam menebal diiringi halilintar
bersahut-sahutan
Ø Ombak berkejaran menuju pantai yang
indah itu
Ø Tatapan matanya menjeritkan
penderitaan
Ø Angin berbisik, membelai gadis itu
Ø Hujan mencerahkan kakinya di bumi
Ø Hatinya berkata bahwa perbuatan itu
tak boleh dilakukannya
Ø Pagi itu pucuk-pucuk telah menggeliat
ditempat cahaya mentari
Ø Angin berbisik membelai mukanya
d.
Alegori
mengandung ajaran moral dan kebenaran ialah majas perbandingan yang bertautan
satu sama lain dalam kesatuan yang utuh/perbandingan keadaan/peristiwa dengan
beberapa kiasan yang membentuk suatu kesatuan.
Contoh :
Ø Hati-hati dalam mendayung bahtera
rumah tangga, mengarungi lautan kehidupan yang penuh dengan badai dan
gelombang. Apabila suami istri, antara nahkoda dan juru mudinya itu seia sekata
dalam melayarkan bahteranya, niscaya ia akan sampai ke pulau tujuan
Ø Setiap insan didunia ini akan
mengalami topan dan badai dalam kehidupan
Ø Agama adalah komps kita dalam
mengarungi samudra kehidupan
Ø Dua mempelai itu akan meniti bahtera
yang baru
Ø Mendayung bahtera hidup
Mendayun bahtera hidup
(perbandingan yan utuh dan menyeluruh bagi seseorang dalam rumah tangga,
bahtera merupakan perbandingan dari rumah tangga sedang pengemudi dan awaknya
merupakan perbadingan dari suami istri.
e.
Tropen
atau majas yang menggunakan kata-kata tepat dan sejajar artinya dengan
pengertian yang dimaksud membandingkan suatu pekerjaan dengan pekerjaan lain
atau perbuatan lain yang mempunyai pengertian sejalan.
Contoh :
Ø Kemarin dia terbang ke Bandung
Ø Ia mengubur dirinya saja, lalu tiada
terdengar lagi suaranya
Ø Kemarin dia terbang menuju Timor-Timur
Ø Setiap malam ia menjual secara utuh
nafkah anak isitrinya.
Ø Pikirannya melambung di bawah
angan-angan
f.
Simbolik
perbandingan ialah majas kiasan yang melukiskan sesuatu dengan benda-benda lain
sebagai simbol/perlambang.
Contoh :
Ø Bunglon, lambang bagi orang yang tak
tetap pendiriannya
Ø Cecunguk, lambang orang yang suka
mengacaukan suasana
Ø Kekasih, lambang bagi tuhan
Ø Lintah darat, lambang pemeras, pemakan
riba
g.
Prifaks
: bahasa perbandingan dengan menggantika kata dengan beberapa kata/kalimat.
Perifasis ialah majas bahasa penguraian sepatah kata diganti dengan serangkaian
kata yang mengandung arti yang sama.
Contoh :
Ø Kapal padang pasir itu bergerak perlahan-lahan
Ø Jangan mempertuhan harta benda
Ø Mereka datang pada subuh hari
Ø Mereka datang sewktu fajar menyingsing
Ø Kami baru sampai ketempat itu sore
hari menjadi
h.
Parabel
ialah majas perbandingan dengan mempergunkan perumpamaan dalam hidup. Gaya
bahasa ini terkandung dalam seluruh isi karangan. Dengan halus tersimpul berupa
pedoman hidup.
Contoh ;
i.
Bhegawat
gita, mahabrata, bayar budiman mengadung gaya bahasa ini.
Simetri ialah majas yang
menyatkan kalimat dengan kalimat lain tetapi isinya sebanding.
Contoh :
Anak itu dididik. Anak itu
dituntut dan diajari kearah kebaikan.
Subscribe to:
Posts (Atom)