bahasadwi.blogspot.com
Contoh Laporan Praktik Sistem Ganda Teknik Instalasi Tenaga Listrik
download di sini
Contoh Laporan PSG Listrik
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Tujuan Pelaksanaan Praktik Kerja Industri.
1.1.1
Memperluas dan meningkatkan keterampilan
siswa sebagai bekal dalam
menghadapi lapangan kerja yang sesuai dengan bidang studi yang
dipelajari.
1.1.2
Siswa mampu untuk menerapkan ilmu yang
dipelajari disekolah kedalam dunia industri.
1.1.3
Siswa dapat mengetahui aspek usaha yang
sesuai dan potensial dalam menjalani pekerjaannya.
1.1.4
Memberikan kesempatan kerja banyak kepada
siswa sehingga siswa mampu untuk menyesuaikan diri dan dapat bekerja dengan
baik.
1.1.5
Memperluas dan meningkatkan proses
penerapan teknologi dan lapangan kerja di sekolah demikian pula sebaliknya.
1.1.6
Mendapatkan pengalaman yang berguna untuk
mengembangkan bakat sesuai dengan pendidikan kejuruannya.
1.1.7
Memenuhi dan melaksanakan persyaratan bagi
siswa untuk dapat mengikuti UN ( Ujian Nasional ).
1.2 Alasan
Pemberian Judul
Karya
Tulis Ini Berjudul “ INSTALASI LISTRIK” di Rumah Sakit Umum
Tebet, Jakarta Selatan“ .
Ada
beberapa alasan mengapa penulisan memberikan judul seperti diatas yaitu :
1.2.1 Dalam
Praktik kerja Industri penulis mendapatkan tempat di Rumah Sakit Umum Tebet,
Jakarta Selatan bagian mekanik instalasi listrik.
1.2.2 Pelaksanaan
praktik kerja industri mendapatkan petunjuk pengarahan tentang tugas seorang
mekanik listrik penerangan serta
terjun langsung ke dalam lapangan.
Pada
judul penulis sengaja memberikan nama tempat agar tidak terjadi kesalaha
pahaman dalam membaca laporan ini, bahwa teknik dan proses yang di sajikan
hanya berlaku di Rumah Sakit Umum Tebet, Jakarta Selatan.
1.3 Tujuan Pemberian Judul
Ada beberapa tujuan pemberian judul
karya tulis yaitu :
1.3.1 Untuk
memberikan penjelasan kepada pembaca yang ingin mengetahui secara jelas
tentang teknik proses perencanaan pemasangan instalasi listrik penerangan.
1.3.2 Agar
Pembaca dapat mengembangkan teknik dan proses pemasangan instalasi listrik
penerangan maupun mengambil manfaatnya sehingga dapat menambah daya guna.
1.4 Metode Yang Digunakan.
Pengumpulan
data dalam penulisan karya tulis menggunakan beberapa metode antara lain :
1.4.1
Peninjauan langsung dengan jalan mendatangi
dan terjun kedalam lapangan untuk lebih mengetahui data dan informasi tentang
teknik listrik di Rumah Sakit Umum Tebet, Jakarta Selatan .
1.4.2
Penelitian perpustakaan yang bertujuan
untuk menggariskan suatu dasar penulisan yang dapat mendukung masalah karya
tulis ini dalam pembahasannya.
1.5 Sistematika
Penulisan Karya Tulis
Agar
Lebih Mudah mengikuti penyajian, penulisan laporan ini disusun sebagai
berikut :
BAB
I : PENDAHULUAN
Bab
ini menjelaskan tentang tujuan dari melaksanakan Praktik Kerja Industri,
alasan pemberian judul, tujuan pemberian judul, dan tentang pengumpulan data
serta sistematika penulisan karya tulis.
BAB
II : URAIAN UMUM
Bab
ini menjelaskan tentang uraian yang berkaitan dengan sejarah berdirinya
Perusahaan Listrik Milik Negara dan tata tertib teknisi di Rumah Sakit Umum
Tebet, Jakarta.
BAB
III : URAIAN KHUSUS
Bab ini menjelaskan
bagaimana cara pemasangan dan perancanaan instalasi listrik penerangan gedung
serta alat-alat yang digunakan dalam instalasi.
BAB
IV : PENUTUP
Bab
ini merupakan bab penutup dan akan di sampaikan kesimpulan dan saran.
BAB
II
URAIAN
UMUM
2.1
Sejarah Listrik
Nasional Dan Perkembangannya
Sejarah PLN Sejarah
Ketenagalistrikan di Indonesia dimulai pada akhir abad ke-19, ketika beberapa
perusahaan Belanda mendirikan pembangkit tenaga listrik untuk keperluan
sendiri. Pengusahaan tenaga listrik tersebut berkembang menjadi untuk
kepentingan umum, diawali dengan perusahaan swasta Belanda yaitu NV. NIGM
yang memperluas usahanya dari hanya di bidang gas ke bidang tenaga listrik.
Selama Perang Dunia II berlangsung, perusahaan-perusahaan listrik tersebut
dikuasai oleh Jepang dan setelah kemerdekaan Indonesia, tanggal 17 Agustus
1945, perusahaan-perusahaan listrik tersebut direbut oleh pemuda-pemuda
Indonesia pada bulan September 1945 dan diserahkan kepada Pemerintah Republik
Indonesia. Pada tanggal 27 Oktober 1945, Presiden Soekarno membentuk Jawatan
Listrik dan Gas, dengan kapasitas pembangkit tenaga listrik saat itu sebesar
157,5 MW. Tanggal 1 Januari 1961, Jawatan Listrik dan Gas diubah menjadi
BPU-PLN (Badan Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara) yang bergerak di
bidang listrik, gas dan kokas. Tanggal 1 Januari 1965, BPU-PLN dibubarkan dan
dibentuk 2 perusahaan negara yaitu Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang
mengelola tenaga listrik dan Perusahaan Gas Negara (PGN) yang mengelola gas.
Saat itu kapasitas pembangkit tenaga listrik PLN sebesar 300 MW. Tahun 1972,
Pemerintah Indonesia menetapkan status Perusahaan Listrik Negara sebagai
Perusahaan Umum Listrik Negara (PLN). Tahun 1990 melalui Peraturan Pemerintah
No. 17, PLN ditetapkan sebagai pemegang kuasa usaha ketenagalistrikan. Tahun
1992, pemerintah memberikan kesempatan kepada sektor swasta untuk bergerak dalam
bisnis penyediaan tenaga listrik. Sejalan dengan kebijakan di atas, pada
bulan Juni 1994 status PLN dialihkan dari Perusahaan Umum menjadi Perusahaan
Perseroan (Persero).
Perkembangan PLN
setelah terbentuk menjadi persero di tahun 1992, PT. PLN (persero) memiliki
beberapa aktifitas bisnis, antara lain: 1. Di bidang Pembangkitan listrik
Pada akhir tahun 2003 daya terpasang pembangkit PLN mencapai 21.425 MW yang
tersebar di seluruh Indonesia. Kapasitas pembangkitan sesuai jenisnya adalah
sebagai berikut : - Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), 3.184 MW -
Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD), 3.073 MW - Pembangkit Llistrik
Tenaga Uap (PLTU), 6.800 MW - Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG), 1.748 MW
- Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU), 6.241 MW - Pembangkit
Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP), 380 MW 2. Di bidang Transmisi dan
Distribusi Listrik Di Jawa-Bali memiliki Sistem Interkoneksi Transmisi 500 kV
dan 150 kV sedangkan di luar Jawa-Bali PLN menggunakan sistem Transmisi yang
terpisah dengan tegangan 150 kV dan 70 kV. Pada akhir tahun 2003, total
panjang jaringan Transmisi 500 kV, 150 kV dan 70 kV mencapai 25.989 kms,
jaringan Distribusi 20 kV (JTM) sepanjang 230.593 kms dan Jaringan Tegangan
Rendah (JTR) sepanjang 301.692 kms. Sistem Kontrol Pengaturan daya dan beban
Sistem Ketenagalistrikan di Jawa-Bali dan supervisi pengoperasian sistem 500
kV secara terpadu dilaksanakan oleh Load Dispatch Center / Pusat Pengatur
Beban yang terletak di Gandul, Jakarta Selatan. Pengaturan operasi sistem 150
kV dilaksanakan oleh Area Control Center yang berada di bawah pengendalian
Load Dispatch Center. Di Sistem Jawa-Bali terdapat 4 Area Control Center
masing-masing di Region Jakarta dan Banten, Region Jawa Barat, Region Jawa
Tengah & DI Yogyakarta dan Region Jawa Timur & Bali. Cakupan operasi
PLN sangat luas meliputi seluruh wilayah Indonesia yang terdiri lebih dari
13.000 pulau. Dalam perkembangannya, PT PLN (Persero) telah mendirikan 6 Anak
Perusahaan dan 1 Perusahaan Patungan yaitu : PT Indonesia Power; yang
bergerak di bidang pembangkitan tenaga listrik dan usaha-usaha lain yang
terkait, yang berdiri tanggal 3 Oktober 1995 dengan nama PT PJB I dan baru
tanggal 1 September 2000 namanya berubah menjadi PT Indonesia Power. PT
Pembangkitan Jawa Bali (PT PJB) ; bergerak di bidang pembangkitan tenaga
listrik dan usaha-usaha lainyang terkait dan berdiri tanggal 3 Oktober 1995
dengan nama PT PJB II dantanggal 22 September 2000, namanya berubah menjadi PT
PJB. Pelayanan Listrik Nasional Batam (PT PLN Batam); yang bergerak dalam
usaha penyediaan tenaga listrik bagi kepentingan umum di Wilayah Pulau Batam,
didirikan tanggal 3 Oktober 2000. PT Indonesia Comnets Plus, yang bergerak
dalam bidang usaha telekomunikasi didirikan tanggal 3 Oktober 2000. PT Prima Layanan Nasional Enjiniring ( PT
PLN Enjiniring), bergerak di bidang Konsultan Enjiniring, Rekayasa Enjiniring
dan Supervisi Konstruksi, didirikan pada tanggal 3 Oktober 2002. Pelayanan Listrik Nasional Tarakan (PT PLN
Tarakan), bergerak dalam usaha penyediaan tenaga listrik bagi kepentingan
umum di wilayah Pulau Tarakan. Geo
Dipa Energi, perusahaan patungan PLN - PERTAMINA yang bergerak di bidang
Pembangkit Tenaga Listrik terutama yang menggunakan energi Panas Bumi.
Sebagai Perusahaan Perseroan Terbatas, maka Anak Perusahaan diharapkan dapat
bergerak lebih leluasa dengan antara lain membentuk Perusahaan Joint Venture,
menjual Saham dalam Bursa Efek, menerbitkan Obligasi dan kegiatan-kegiatan
usaha lainnya. Di samping itu, untuk mengantisipasi Otonomi Daerah, PLN juga
telah membentuk Unit Bisnis Strategis berdasarkan kewilayahan dengan
kewenangan manajemen yang lebih luas.
Konsumsi listrik di Indonesia
Konsumsi listrik Indonesia secara rata rata adalah 473 kWh/kapita pada 2003.
Angka ini masih tergolong rendah dibandingkan rata rata konsumsi listrik
dunia yang mencapai 2215 kWh/kapita (perkiraan 2005). Dalam daftar yang
dikeluarkan oleh The World Fact Book, Indonesia menempati urutan 154 dari 216
negara yang ada dalam daftar. Menurut koran Sindo hari Senin tanggal 9 Juni
2008 halaman 5, daftar konsumsi listrik perdaerah di Indonesia adalah (dalam
satuan kWh/kapita): 1. Jakarta dan Tangerang: 1873.9 2. Sumatra Utara: 390.78
3. NAD: 206.06 4. Bali: 619.26 5. Sumatra Barat: 375.83 6. Jawa Tengah:
343.84 7. Kalimantan Selatan: 306.14 8. DIY: 398.77 9. Jawa Timur: 500.73 10.
Sulawesi Selatan: 281.58 11. Sulawesi Utara: 290.78 12. Jawa Barat: 621.4 13.
Banten: 1293.76 14. Maluku: 176.08 15. Kalimantan Timur: 461.7 16. Kalimantan
Barat: 214.45 17. Bengkulu: 176.44 18. Bangka Belitung: 278.02 19. Sulawesi
Tengah: 146.14 20. Sumatra Selatan: 256.45 21. Kalimantan Tengah: 195.87 22.
Maluku Utara: 127.54 23. Lampung: 208.31 24. Gorontalo: 134.78 25. Sulawesi
Tenggara: 120.22 26. Jambi: 213.91 27. Sulawesi Barat: 79.78 28. Riau: 274.21
29. NTB: 119.27 30. Papua: 180.11 31. NTT: 64.32 Rata-rata nasional: 352.59
data dari website PLN.
2.4
Tata
Tertib Perusahan
Setiap
wadah yang di dalamnya terdapat orang banyak yang bekerja bersama-sama untuk
mencapai tujuan yang telah di tentukan, maka diperlukan suatu ke disiplinan
kerja. Dengan adanya ke disiplinan kerja merupakan salah satu kelancaran bagi
setiap perusahan, tanpa adanya tata tertib dalam perusahaan mmbuat suasana
gairah kerja menurun, sehingga produktifitas juga menurun.
Tata
tertib kerja merupakan bagian yang menunjang dari peraturan perusahaan yang
bertanggung jawab untuk menciptakan kepastian hukum antara perusahaan dengan
karyawan.
Adapun
tata tertib yang disepakati oleh karyawan dan pihak perusahaan adalah :
2.4.1
Karyawan harus memperhatikan perusahaan
dengan sebaik baiknya.
2.4.2
Karyawan harus bersikap sopan santun di
dalam perusahaan.
2.4.3
Karyawan harus mentaati ketentuan dan peraturan
yang telah ditetapkan.
2.4.4
Karyawan diharuskan bekerja dan mengakhiri
pekerjaannya tepat waktu.
BAB III
URAIAN KHUSUS
3.1 PEMBUATAN PANEL DAN KOMPONEN LISTRIK
3.1.1
Cara Kerja Rangkaian Panel Starter Motor
Secaragaris
besarnya, cara kerja rangkaian panel starter motor ini terbagi 2 macam yaitu:
a. Secara
Automatic
Secara Automatic Adalah panel akan
bekerja dengan sendirinya pada saat sakelar untuk posisi auto ditekan dan
akan berhenti bekerja jika posisi sakelar sudah dikembalikan pada posisi
semula.
Cara
kerja rangkaian ini adalah:
Sewaktu
sakelar dioprasikan pada posisi auto, maka
otomatis arus mengalir dari bimetal relay F II menuju kotak bantu NO
nomor 13-14 yang dalam keadaan normal terbuka. Kotak bantu akan tertutup,
jika kumparan KL 6 diberi tegangan 24 V arus DC pada nomor terminal 4 dan 5
sehingga arus dapat mengalir melalui KL 4. Timer bagian kotak bantu terhubung
ke lampu ON (red), dan e kumparan KL 2 sehingga KL 2 hidup. Dengan hidupnya
Kl 2, maka arus dapat melalui kontak bantu terbuka NO dengan nomor kotak
13-14 ( yang sekarang menjadi tertutup ) dan menghidupkan K II.
Dengan
hidupnya K II ini, maka K 14 dan K15 menjadi hidup dan dengan hidupnya K 14
dan K 15, maka motor akan terhbung batang sampai batas waktu yang ditentukan
oleh timer selesai. Setelah waktu yang ditentukan oleh timer terlampaui
sehingga secara otomtis KL 2 akan
memutuskan sumbe arus dari K 12. Dengan demikian K 13 akan hidup dan
kemudian arus akan langsung masuk ke K 13 melalui kontak bantu timer nomor
6-B (yang sekarang menjadi tertutup) dan arus yang langsung masuk ke K 14
dapat diputuskan dan motor akan terhubung segitiga (delta). Untuk kumparan K
14 dan kumparan K 12 yang tidak dapat lagi bekerja karena kumparan-kumparan
tersebut dikunci oleh kotak bantu 31-32 dan 21-22 (normally closed), sampai
pada posisi nol (0).
b. Secara
Manual
Adalah
panel akan bekerja dengan pengawasan orang. Setelah dipasang pada posisi
manual, maka kita harus menekan push button untuk mengoperasikan panel
tersebut, dan untuk mematikannya kita harus mengubah posisi sakelar ke posisi
nol, atau kita mematikan rangkaian kontrolnya saja, atau dengan menekan push
button, maka kita dapat mematikan rangkaian secara keseluruhan.
Cara kerjanya adalah:
Pada saat posisi sakelar diubah posisi manual, maka
arus akan mengalir melalui F II, S 13 dan sakelar off untuk mengubah. Setelah
S 12 atau sakelar On untuk remote ditekan, maka baru arus masuk ke kotak
bantu tertutup K 14, No dari K 13 kemudian menghidupkan K 12. Setelah K 13
ini hidup bersamaan dengan itu, maka arus dapat melalui kontak terbuka (NO).
Dari K13 ini arus menuju K 11 dan K 15. Dan dengan K 11 ini, maka arus dapat
melalui No K 11. Ketika S 12 dilepas arus akan tetap melalui No K 11 ini (
bekerja secara kontinu ) dengan hubungan bintang.
Setelah hambatan waktu pada timer terlambat, maka
dengann ini K 14 kontak NC K 12 sekaligus mematikan K 14, sehingga arusnya
dapat melalui NC K 12 untuk menghidupkan K 13 dan mematikan pada timer.
Dengan hidupnya K 13 dan K 11, maka motor akan bekerja dengan hubungan
segitiga (delta).
Cara Melaksanakan Pekerjaan
Kelistrikan
Ada beberapa cara untuk melaksanakan
suatu pekerjaan tentang kelistrikan, antara lain adalah:
a. Untuk
kelancaran pengoperasian pemutusan tenaga listrik, keadaan berbeban digunakan
pemutus tenaga, dalam hal ini pemutus tenaga type MCBs yang digunakan.
b. Pada
pemeliharaan circuit breaker ini, yang berguna melindungi system distribusi
dan peralatan listrik akibat terjadi hubungan singkat dan beban lebih (over
load), dalam hal ini kapasitas arus hubungan singkat dan beban lebih besar
dari hubungan singkat yang terjadi atau kapasitasnya sama daripada arus
hubungan singkat tersebut, pada system distribusi.
c. Dalam
pemilihan penghantar dari suatu panel listrik harus sesuai dengan besarnya
kapasitas arus yang digunakan oleh sebuah panel. Adapun jenis penghantar yang
digunakan pada panel dibagi 3 bagian, yaitu :
1. Penghantar
utama untuk tegangan line
2. Penghantar
tegangan untuk power cable
3. Penghantar
control untuk power wiring control
d. Dalam
penyambungan penghantar pada panel harus disesuaikan oleh komponen yang akan
dipasang. Adapun cara penyambungan ada 3 cara yaitu:
1. Penyambungan
yang menggunakan Cable Shoes (sepatu kabel) pada suatu panel, biasanya
digunakan pada penyambungan power cable yang mempunyai diameter di atas 10
mm.
2. Penyambungan
dengan menggunakan Cable Hause (rumah kabel) dipergunakan pada penyambungan
control (wiring control), biasanya menggunakan kabel jenis NYAF 1,5 s/d 6mm
untuk kabel rumah pada penyambungannya.
3. Penyambungan
dengan cara membuat mata itik pada ujung-ujung kabel adalah cara disolder.
Biasanya digunakan untuk wiring control. Bila pada PUIL komponen yang
berdiameter pada besar, sedang pemakaian pada power juga besar, maka hantaran
yang digunakan adalah penghantar jenis NYAF 2,5 s/d 10 mm.
e. Jenis
pengaman yang digunakan pada panel ini, dapat dogolongkan menjadi 2 (dua)
jenis yaitu:
1. Over
Load Relay (OI Relay), yaitu:
Pengaman beban lebih yang
dipasang secara terpadu dan secara terpisah.
2. Pengamanan
lebur, dapat dibagi menjadi 2 (dua) bagian, yaitu:
· Pengaman
untuk rangkaian kontroldengan menggunakan pengaman lebur jenis UZ dan EZ.
· Pengaman
untuk tegangan dengan menggunakan type NT dilengkapi dengan system.
f. Pada
panel ini, untuk menggerakan motornya dengan menggunakan sakelar otomatis
yang bekerja berdasarkan asas elektomagetik, yaitu yang dikenal dengan nama
kontraktor magnet yang dilengkapi dengan pengaman lebih (over relay).
g. Bimental
Relay bekerja atas dasar pemanasan yang diperolh dari arus motor, atau
berguna untuk mengamankan kumparan motor dari pemanasan yang berlebihan.
h. Alat
pengukur yang digunakan dalam panel ini ada 2 macam, yaitu:
1. Volt
Meter
Volt meter digunakan untuk
mengukur tegangan incoming dari PLN, untuk mengetahui tegangan antara phase
dengan nol dengan menggunakan Volt Meter Selector Swicth.
2. Amper
Meter
Amper meter digunakan
untuk mengukur arus beban yang dapakai pada rangkaian tersebut. Pada system
pengukuran ini, dipakai juga trafo arus untuk mengatasi arus yang mengalir
pada alat ukur ampere meter ini, yang dipasang pada panel tersebut.
b.
Current
Transfomer (CT)
Fungsi
dari CT ini adalah untuk mengukur arus atau digunakan sebagai alat bantu
untuk mengukur arus. Perlu diperhatikan:
1. Gulungan
primer terbuat dari kawat kasar dan disambung secara langsung atau secara
deret dengan kawat fasa (kawat aliran).
2. Gulungan
sekunder terbuat dari kawat halus dan rangkaian ini tidak boleh terputus, dan
oleh sebab itu tidak dipakai atau dipasang sikering dab harus ditahankan.
3. Pada
rangkaian sekunder kita pasang pengukur arus Ampermeter dan kemudian alat
hubung singkat.
4. Setiap
trafo arus mempunyai angka perbandingan/tranformasi misalnya 100A = 20
A.
Cara
kerja dari rangkaian starter motor ini dapat dibagi menjadi 2 (dua) cara
yaitu:
1. Cara
kerja secara Automatis
Pada system ini, motor
bekerja secara automatis berdasarkan ketinggian air dalam bak maupun, dengan
memakai atau menggunakan komponen control, yaitu: Water control.
2. Cara
kerja secara manual
Pada system ini, untuk
menggerakan atau menghidupkan motor dibantu dengan menggunakan pust button
yang harus diawasi dan dikontrol oleh manusia.
3. Timer
Pada rangkaian control,
panel starter motor, biasanya selalu dilengkapi dengan sakelar waktu (timer),
yang dapat menjadi sakelar, dalam posisi terbuka (NO) maupun posisitertutup.
Gambar rangkaian timer
terlampir:
Cara kerja timer adalah :
Pada waktu titik kumparan
(coil) daripada timer (A1 dan A2) tidak diberi tegangan, maka titik a dan
titik b dalam keadaan tertutup (normal closed) atau dalam keadaan berhubungan
selalu, maka dititik a dan titik c dalam keadaan terbuka (Normaly Open) atau
tidak terdapat hubungan sama sekali.
Setelah
titik kumparan A1 dan A2 daripada timer diberi tegangan (dalam hal ini
tergantung pada tegangan nominal kumparan timer). Dan sakelar putar untuk
menentukan waktu sudah disetel pada saat pisisi yang diinginkan (missal 5 s),
maka titik a tetap pada posisi semula, yaitu tetap berhubungan dengan titik b
selama 5 s. setelah batas waktu diatur timer selesai (5 skon telah
dilampaui), maka titik a akan berhubungan dengan titik c selama kontak timer
diberi tegangan listrik.
Jika
tegangan telah diputus (titik kumparan A1 dan A2 tidak lagi diberi tegangan),
maka posisi timer akan kembali pada posisinya semula, yaitu pada waktu titik
kumparan (coil) timer di titik a berhubungan dengan titik b. untuk bekerjanya kembali timer maka timer
diber teganganlagi.
Pemakaian
pada starte motor, adalah :
Pada
starter motor ini, sakalar waktu (timer) digunakan sebagai sakelar untuk
menentukan hubungan yang digunakan pada saat motor dijalankan. Adapun untuk
menjalankan motor tersebut dapat diatur sampai pada posisi maksimum daripada
waktu yang dapat kita pilih pada waktu sakelar putar menunjukan waktu yang
terdapat pada rangkaian timer ini.
Arus
nominal yang dapat melalui titik kontak (titik a, b, dan c)biasanya tidak
terlalu besar. Oleh karena itu pada pengoperasian timer digunakan untuk
menghidupkan sakelar magnetic (kontraktor dan komponen-komponen lainnya).
Terkecuali
jika beban yang dipakai titik terlalu besar yang sekiranya masih dapat
melewati lidah kontak daripada timer (masih dibawah arus maksimum yang dapat
ditahan oleh lidah kontak), maka dapat langsung dipasang pada timer. Apabila
arus yang melewati kontak a, b, dan c daripada timer melampaui batas maksimum
akan merusak timer itu sendiri.
Pemutusan Tenaga Alat
Penghubung
1. Fungsi
Pemutusan Tenaga
Persoalan pemutus tenaga adalah salah satu dari
persoalan penting dalam teknik tenaga listrik pada umumnya, oleh karena
menyangkut bidang-bidang penting dalam persoalan listrik, yaitu pengoprasian
penghubung tenaga listrik. Seperti diketahui bahwa setiap pemutusan system
tenaga listrik selalu disertai timbulnya busur api. Makin besar arus yang
diputuskan makin besar pula busur api yang ditimbulkannya. Demikian juga
makin tinggi tegangan yang akan diputuskan makin besar pula busur api yang
timbul.
Oleh karena itu untuk memungkinkan pengoprasian untuk
system tenaga listrik pada pemutusannya baik dalam keadaan normal atau dalam
keadaan gangguan hubungan singkat adalah dengan keadaan penggunaan pemutusan
tenaga yang aman dalam hal ini digunakan tenaga type MCBS.
Berdasarkan pengoprasiannya, pemutusan tenaga pada
system listrik akan melayani beberapa tujuan, yaitu:
a. Pengoprasian
dalam keadaan normal untuk tujuan mengoprasikan beban listrik atau pada
pemeliharaan.
b. Pengoprasiannya
dalam keadaan hubungan singkat adalah dengan memisahkan (mengisolasi)
peralatan listrik, yaitu pemutusan arus hubungan singkat. Hal ini menyebabkan
tegangan peralihan pada saat busur api dipadamkan arus hubungan singkat
tersebut diperlukan waktu pemutusan yang cepat agar tidak merusak peralatan
listrik lainya maupun pemutusan tenaga itu sendiri.
2. Karakteristik
Pemutusan Tegangan
Sehubungan
fungsi pemutusan tenaga sebagai peralatan system tenaga listrik untuk
penghubung, baik dalam keadaan normal maupun dalam keadaan gangguan, agar
pemutusan tenaga dapat berfungsi dengan baik, maka harus diketahui beberapa
karakteristik penting yang dimiliki pemutusan tenaga, khususnya dengan
menggunakan pemutusan tenaga type MCBS yang akan menjadi main switch pada
panel starter motor ini.
Adapun
karakteristik ini berdasarkan rekomendasi IEC, yaitu:
a. Tegangan
normal (reted voltage) pemutusan tenaga MCBS, yaitu tegangan perencanaan
dimana alat tersebut digunakan secara kontinu dan dinyatakan terhadap,
maksimum tegangan yang dapat ditahan oleh pemutus tenaga.
b. Besaran
ini merupakan referensi terhadap kapasitas dan dinyatakan terhadap maksimum
tegangan yang dapat ditahan oleh pemutus tegangan. Besarnya adalah referensi
terhadap kapasitas arus dan pemasukan data-data lain pada peralatan listrik.
c. Arus
noinal (rated current) adalah harga RMS, yaitu besarnya arus yang mengalir
pada suatu peralatan secara terus menerus (tanpa pemutusan) dalam kondisi dan
temperature yang normal tanpa menyebabkan terjadinya deformasi atau kerusakan
pada peralatannya.
d. Arus
nominal pengoprasian (reted operating current) adalahbesarnya yang ditentukan
oleh kondisi dimana peralatannya itu digunakan. Besarnya arus di variasi
sesuai dengan tegangan dan frekwensi yang diberikan.
e. Frekwensi
pengenal (reted frequency) adalah berasal dari tegangan listrik (50 Hz) dan
pengaruh dari frekwensi pengenal terhadap pemutus tenaga.
f. Kapasitas
arus hubungan singkat (reted making and breaking capacity) adalah besarnya
arus hubung singkat maksimum dari system yang dirasakan oleh pemutusan tenaga
dan masih mampu dibuka dan ditutup tanpa mengakibatkan leburnya kontak
daripada pemutus tenaga tersebut. Kapasitas hubungan singkat dari pemutus
tenaga harus lebih besar dari arus hubungan singkat simatrikal yang timbul pada
system tersebut.
g. Lamanya
arus hubungan singkat yang besarnya sama dengan arus pemutus. Lama dari waktu
yang masih dapat ditahan oleh pemutus tenaga selang waktu 1 sampai 3 detik.
h. Arus
pemutusan singkat (reted shortcircuit making current) adalah arus maksimum
puncak putaran pertama pada saat kontak penutup dalam gangguan hubungan
singkat yang dapat diperkenankan.
Nilai pengenalan ini didasarkan pada
timbulnya gangguan, karena penutup kontak dalam keadaan hubungan singkat.
Harga aruss ini dinyatakan 1,82 x arus pemutusan dari hubungan singkat (cut
of effect atau efek pembatasan dari hubungan singkat).
3. Pemilihan
Menurut Arus Nominal Circuit Breaker
Pada
pemilihan circuit breaker harus diingat, bahwa arus nominal dari circuit
breaker selalu lebih besar atau sama dengan arus pada pengoprasiannya, efek
dari temperature ruang, dan macam panel yang digunakan akan dapat
mengakibatkan penurunan arus nominal daripada circuit breaker.
Circuit
breaker ditentukan pula oleh besarnya arus motor yang harus dilengkapi dengan
adjustable bimetal relaiy (dapat disetel) pemasangan dari bimetal relay ini
harus sama dengan arus nominal atau arus motor, maka dengan demikian bimetal
relay akan memberikan pengamanan terhadap motor saat terjadi beban lebih
(over load) dan magnetic short circuit. Release akan mengamankan motor dari
adanya arus hubungan singkat, dan apabila magnetic short circuit tidak ada
pada circuit breaker, maka dapat digantikan dengan menggunakan fuse
(pengamanan lebur).
4. Pemilihan
Circui Breaker Menurut Kapasitas Pemutusannya.
Kapasitas pemutusan dari circuit
breaker harus dipilih sama atau lebih besar dengan arus hubungan singkat
simetrikal (I”K RMS) yang mungkin terjadi pada instalasi listrik dan
kapasitas pemasukannya harus lebih besar atau sama dengan arus hubungan
singkat asimetrik (arus puncak Is). HRC fuse dapat digunakan seri dengan
rangkaian pemutus hubungan (circui breaker). Bila tidak mungkin mendapatkan
circuit breaker dengan kapasitas pemutusan yang lebih besar dari yang mungkin
terjadi pada system.
5. Pemilihan
Circuit Breaker Menrut jenis pemakaiannya
Circuit
breaker dapat dibagi menjadi beberapa macam, daripada pemakaiannya,
antaralain sebagai incoming circuit breaker.
6. Jenis
Penghantar Yang Digunakan
Jenis
penghantar yang digunakan untuk menghubungkan peralatan listrik yang satu
dengan yang lainnya, sehingga menjadi suatu rangkaian listrik yang saling
berhubungan seperti yang dikehendaki.
Dalam
suatu panel biasanya terdiridari berbagai macam alat-alat (kumparan). Maka
dalam memilih atau menggunakan penghantar harus disesuaikan dengan kapasitas
arus yang sekiranya dapat dilewati arus yang akan digunakan. Adapun besar
kecilnya penghantar yang dipakai tergantung pada peralatan listrik yang
digunakan. Jika terjadi suatu misalnya terjadi hubungan singkat (short
circuit) pada circuit maka penghantar tersebut tidak akan rusak, walaupun
isolasinya meleleh.
Adapun
penghantar yang digunakan untuk bagian menurut dari jenisnya dapat dibagi
menjadi beberapa bagian, yaitu:
a. Pemakaian
penghantar yang digunakan untuk hantaran utama, yang mempunyai arus nominal
(rated current) yang besar memakai jenis penghantar tembaga CU (rail copper),
karena penghantar tersebut mempunyai daya hantar yang besar dibandingkan
dengan penghantar jenis lain.
b. Pada
pemakaian swich yang mempunyai kapasitas arus kecil, serta pada pemakaian
kabel yang mempunyai kawat tunggal.
c. Sedang
pada rangkaian – rangkaian control, biasanya memakai jenis penghantar yang
mempunyai diameter kabel yang relative kecil dibandingkan dengan jenis
penghantar power.
7. Penghantar
Utama
Pada
panel starte motor untuk penghantar memakai penghantar jenis rail copper
(tambahan) yang mempunyai bentuk penampang 4 persegi panjang dengan kemampuan
daya hantar yang besar. Meskipun demikian penghantar jenis ini tidak
mempunyai isolasi, tetapi dalam pemakaiannya bagian yang tidak mudak
berkarat. Besar dan kecilnya penghantar ini dalam pada panel biasanya di
letakkan pada bagian dalam daripada panel secara seri membentuk formasi
berderet ke bawah dengan jarak yang sama, agar tidak terjadi sentuhan antara
phase yang tergantung daripada beberapa jumlah beban yang akan di pasang pada
rangkaian tersebut.
Penghantar
jenis ini digunakan pada praktik, karena tembaga mempunyai sifat:
-
Mempunyai daya hantar yang besar
-
Tidak mudah berkarat
-
Bersifat lunak, sehingga mudah dalam
pengerjaannya
-
Lebih efisien dibandingkan dengan
menggunakan bahan-bahan logam lainnya.
Dalam pemasangan
penghantar jenis ini (rail copper) atau tembaga pada panel plastic, biasanya
menggunakan isolasi sebagai penyangga agar tidak terjadi hal-hal yang tidak
diingingkan, juga berguna sebagai pengaman. Apabila pemakaian penghantar
mempunyai diameter yang besar, maka dalam penggunaannya isolator harus
disesuaikan dengan besar penghantar ini.
Pada panel biasanya diletakkan pada bagian dalam daripada panel secara
seri membentuk formasi berderet ke bawah dengan jarak yang sama, agar tidak
terjadi sentuhan antara phase yang satu dengan yang lain. Standar AEG
daripada masing-masing phase adalah kode warna, yaitu:
-
Phase R dengan notasi warna merah
-
Phase S dengan notasi warna kuning
-
Phase T dengan notasi warna biru
-
Phase MP dengan notasi warna hitam
a. Penghantar
Tenaga (power cable)
Penghantar
tenaga panel listrik atau dikenal dengan sebutan power cable menggunakan
jenis penghantar tembaga yang berserat maupun yang berinti tunggal yang
mempunyai isolasi PVC. Isolasi maupun PVC ini telah diteliti kemampuannya
dari segi teknik maupun dari syarat-syarat yang lain oleh suatu lembaga yang
dikenal dengan nama LMK (Lembaga Masalah Kelistrikan). Pada hal pemasangan
instalasi panel untuk ujungnya menggunakan sepatu kabel atau cable shoes yang
terbuat dari tmbaga yang dicetak, kemudian di pernekel yang kemudian diproses
dengan menggunakan tang press dan proses penyambungannya pada rail utama
menggunakan baut yang dilengkapi dengan ring utama ini perlu diperhatikan
sebab jika pada penyambungan salah, akan dapat mengakibatkan timbulnya bunga
api, hal ini dapat membuat penghantar menjadi panas dan apabila dibiarkan
dapat menimbulkan terjadinya kebakaran.
Untuk
menentukan besar kecilnya penghantar yang digunakan ialah harus disesuaikan
dengan kemampuan daya hantar arus yang berlaku dan diperlukan.
b. Penghantar
Kontrol (Wiring Control)
Pada
pengawatan control ini yang biasanya dikenal wiring control, berbeda dengan
pengawatan pada power cable, pada pengawatan wirring contol untuk mengetahui
besarnya diameter hantaran tidak dengan melihat arus nominal pada peralatan
listrik tersebut.
Pada
umumnya pengawatan ini menggunakan penghantar dengan diameter netral, maka
rangkaian tersebut akan bekerja. Hantaran ini terbuat dari tembaga yang besar
penampangnya sama dengan pada penampang rail utama secara berurutan, yaitu :
R, S, T kemudian Mp grounding (arde). Dalam kelistrikan pertama panel,
grounding ini selalu ada, yang umumnya mempunyai lambing (1). Grounding ini
juga terbuat dari tembaga yang mempunyai penampang lebih kecil dari pada
penampang rail utama, dan letaknya dibagian bawah dari panel. Dalam
pemasangannya langsung di temple pada body dengan menggunakan baut. Hantaran
netral (nol) dan grounding (arde) ialah suatu perlengkapan penting pada
instalasi panel, karena berguna untuk mengalirkan arus apabila terjadi arus
bocor karena isolasi yang kurang sempurna atau gangguan yang lain.
c. Jenis
Pengaman Yang Digunakan
Pada
panel semua jenis rangkaian listrik maupun perencanaannya ini, biasanya
selalu dipasang sistim pengamanan. Adapun pada panel starter motor ini
menggunakan pengaman jenis bimetal (pengaman beban lebih) dan fuse (pengaman
lebur).
d. Pengaman
Beban Lebih
Pengaman
beban lebih ini over relay di pasang pada main swich dan kontaktor.
Pemasangan pada main swich berguna untuk mengamankan rangkaian apabila
terjadi over load yang terjadi pada panel tersebut, sedang pada kontaktor
digunakan untuk pengamanan beban lebih pada motor.
e. Pengaman
Jenis Lebur
Pengaman
jenis ini dalam panel dapat dibagi menjadi dua macam,yaitu:
1. Pada
rangkaian control pengaman jenis ini dipasang pada kemampuan arus hubung
singkat yang relative kecil, karena pada rangkaian control tidak dilewati
arus yang besar. Pada AEG arus nominal pararel = 25% arus nominal pada
kontak.
2. Pengaman
lebur jenis U2 dan E2
f. Ib
hubungan pararel dua buah kontak
Arus
nominal pararel 180% arus nominal tiap kontak harus yang relative kecil,
yaitu kabel jenis NYAF yang terbuat dari tembaga dan berisolasikan PVC. Dalam
penyambungannya jenis ini dapat dibagi menjadi:
1. Menggunakan
cable shoes (sepatu kabel)
Penyambungan
jenis ini digunakan jika padaperalatan listrik itu pada voolnya menggunakan
mur hingga akan lebih kuat dan rapih dalam pemasangannya, cablel shoes ini
dipasang dengan dipress pada ujung kabel.
2. Menggunakan
cable house (rumah kabel)
Penyambungan
jenis ini digunakan jika peralatan listrik tersebut pada voolnya hanya sistim
jepit, karena pengawatan ini menggunakan kabel jenis NYAF (berserat). Supaya
pada ujung kabel tidak berantakan maka harus menggunakan cable house.
3. Menggunakan
Kabel yang disolder
Penyambungan
jenis ini digunakan, jika pada peralatan listrik ada yang mempunyai baut
besar hingga jika menggunakan cable house tidak rusak. Jika menggunakan cable
hause tidak rusak. Jika menggunakan cable house yang besar tidak sesuai maka
penyambungan ini harus dibaut dengan cara membuat ligkaran pada ujung kabel yang besarnya disesuaikan
dengan cara membuat lingkaran pada ujung kabel yang besarnya disesuaikan
dengan besarnya baut yang terdapat pada komponen, setelah itu harus disolder
denganmenggunakan timah yang mudah lebur, sehingga tidak mengakibatkan panas
padakabel yang disolder.Adapun menurut stansr AEG 1,5mm yang diumumkannya
untuk kontro saja, misalnya untuk pengawatan star delta (LSdb) yang
terdiridari kontaktor-kontaktor dan time relay rangkaian control. Pada
pemasangan ampere meter dan KWH meter menggunakan jenis penghantar berseret
yaitu NYAF 4mm, pemasangan dari amper meter dan KWH meter pada panel
menggunakan current transformer (trafo arus).
g. Penghantar
Netral dan Grounding
Pada
umumnya setiap panel sesalu dilengkapi dengan penghantar netral, sebab
apabila suatu rangkaian tidak memakai
ingat pula dengan hubungan pararel ini, tidak berarti kapasitas pemasukan
(making capacity dan kapasitas pemutus (breaking capacity) suatu alat diatas
berfungsi untuk membantu pengontrolannya.
h. Pengaman
Kontaktor Terhadap Arus Hubung Singkat
Dari
segi perencanaan kontaktor dan bimetal relay adalah yang sensitive akibat
dari arus hubung singkat yang terjadi. Kontaktor khususnya direncanakan dengan
kemampuan frekwensi operasi (swiching frekuency) yang tinggi. Untuk
mendapatkan hal ini di buat kontak relative lebih dibandingkan dengan circuit
breaker. Apabila kontaktor mengalami arus hubung singkat yang terjadi karena
beban lebih, maka akan terjadi getaran pada kontak (contac bence) yang akan
mengakibatkan terjadinya busur api dan pengalasan kontak.
i. Pengaman
Sistem Terhadap Pengaruh Pemutusan kontaktor
Tegangan
lebih yang terjadi pada saat pemutusan dapat membuat kerusakan pada peralatan
yang sensitive dengan kumparan kontaktor dan gangguan pada peralatan
elektronika yang berdekatan dengan kontaktor tersebut.
Komponen-komponen
tersebut dibawah ini dapat digunakan untuk menahan tegangan lebih yang
terjadi, yaitu:
-
Diode
-
Tahanan
-
Hubungan seri antara tahanan dan diode
-
Varistor
-
Kapasitor
-
Kapasitas
-
Hibungan seri antara tahanan dan kapasitor
adalah merupakan hubungan singkat antara Phase. Biasanya penutup dari
kontaktor berfungsi pula sebagai pemisah ruangan kontak.
Hal-hal yang perlu diperhatikan:
-
Untuk menjaga keeragaman tekanan kontak
jangan mengubah kontak dengan pegas yang tidak sesuai atau bahkan melepaskan
kontak yang tidak terpakai.
-
Untuk mencegah terjadinya gangguan hubungan
kontak, hindarkan pekerjaan-pekerjaan yang dapat menyebabkan masuknya debu
atau sisa-sis cat tanpa memberikan perlindungan yang baik terhadap kontaktor
tersebut.
-
Ingatlah untuk selalu mempergunakan
pengaman lebur yang sesuai dengan perlindungan kontaktor terhadap arus
hubungan singkat.
3.3
Smoke Detector
Smoke
detector adalah alat yang mendeteksi asap , biasanya sebagai indikator
kebakaran. Komersial , industri , dan masa hunian mengeluarkan perangkat
sinyal ke sebuah sistem alaram kebakaran , sedangkan rumah tangga detector ,
yang dikenal sebagai alaram asap , umumnya mengeluarkan visual lokal
terdengar / alaram dari detector itu sendiri.
Detector
asap biasanya di tempatkan di sebuah kandang plastik berbentuk cakram sekitar
150 milimeter (6 in) dengan diameter 25mm (1 inci) tebal, namun bentuknya
bisa berbeda-beda menurut pabrik atau lini produk. Kebanyakan detector asap
bekerja baik oleh deteksi optik (fotolistrik) atau dengan proses fisik
(ionisasi), sementara yang lain menggunakan kedua metode pendeteksian untuk
meningkatkan sensitivitas untuk merokok. Alaram sensitif dapat digunakan
untuk mendeteksi, dan dengan demikian
mencegah, merokok di tempat mana itu dilarang seperti toilet dan
sekolah. Detector asap pada bangunan komersial,industri dan perumahan besar
biasanya didukung oleh kekuatan bangunan dengan baterai cadangan. Namun, di
banyak keluarga tunggal terpisah dan lebih kecil rumah beberapa keluarga,
alaram asap sering kali hanya di dukung oleh baterai sekali pakai tunggal.
3.4
Lampu Tube Lamination
Lampu tube lamination atau di kenal
juga dengan lampu Flurescent sangat di gemari untuk penerangan rumah, toko –
toko, jalan dan lampu hias reklame. Pada umumnya sinar lampu tube lamination
berwarna putih. Untuk penerangan, alat-alat yang di gunakan antara lain :
Tabung Lamapu
Starter
Balast
Pada rangkaian tube lamination yang
sangat menentukan adalah balast, yang mempunyai fungsi sebagai berikut :
Memberikan pemanasan mula pada
elektroda beban dalam jumlah banyak.
Memberikan gelombang potensial yang
cukup besar untuk mengadakan bunga api antara kedua elektrodanya.
Mencegah terjadinya peningkatan arus
bunga api yang melebihi batas tertentu bagi setiap ukuran lampu tube
lamination.
3.5
Keterangan MCB Untuk Daya Pemakaian.
3.5.1
MCB 2A ( 1
Phase ) 450
VA
3.5.2
MCB 4A ( 1 Phase ) 900 VA
3.5.3
MCB 6A ( 1 Phase ) 1300 VA
3.5.4
MCB 10A ( 1 Phase ) 2200 VA
3.5.5
MCB 16A ( 1 Phase ) 3500 VA
3.5.6
MCB 20A ( 1 Phase ) 4400 VA
3.5.7
MCB 25A ( 1 Phase ) 5500 VA
3.5.8
MCB 35A ( 1 Phase ) 7700 VA
3.5.9
MCB 50A ( 1 Phase ) 11.000 VA
3.5.10
MCB <3 kali 10A> ( 3 Phase ) 6.600 VA
3.5.11
MCB <3 kali 16A> ( 3 Phase ) 10.600 VA
3.5.12
MCB <3 kali 20A> ( 3 Phase ) 13.200 VA
3.5.13
MCB <3 kali 25A> ( 3 Phase ) 16.500 VA
3.5.14
MCB <3 kali 35A> ( 3 Phase ) 23.000 VA
3.5.15
MCB <3 kali 50A> ( 3 Phase ) 33.000 VA
3.5.16
MCB <3 kali 63A>( 3 Phase ) 41.500 VA
3.6 Instalasi Kabel
3.6.1 Umum
Semua
kabel yang di gunakan untuk instalasi sangat bermacam-macam. Berikut beberapa
type kabel dan keguanaannya :
a.
Untuk Instalasi Penerangan Menggunakan
Kabel NYM.
b.
Untuk Kabel distribusi dan kabel penerangan
luar menggunakan kabel NYFGBY / NYY.
c.
Untuk kabel tegangan menengah 20 KV
menggunakan kabel XLPE.
d.
Untuk ruangan – ruangan khusus menggunakan
jenis kabel – kabel khusus.
Semua
kabel yang di tanam di dalam tanah harus berada dalam conduit GIP, sedangkan
kabel berada di dalam trench di beri label yang menyatakan dari panel pada
setiap 6 meter.
3.6.2 Percabangan
Tidak
di perkenankan percabangan pada felder kecuali outlet atau kotak-kotak
penghubung yang bisa di capai. Sambungan pada circuit diagram harus secara
mekanisme dan harus teguh secara alcotri dengan cara “ Soldering Connector “
Semua
sambungan kabel baik di dalam junction box panel maupun tempat lainnya harus
menggunakan connection yang terbuat dari tembaga yang di isolasi dengan
porselin atau bakelite maupun PVC yang diameternya di sesuaiakan dengan
diameter kabel.
3.6.3 Bahan Isolasi
Semua
bahan isolasi untuk splice connection seperti karet PVC, asbes, Tape
Sintesis, Resin, Splice Case, Compotition, dan lain-lain harus dari type yang
di setujui untuk penggunaan lokasi, voltage dan lain-lain.
3.7 Saluran Penghantar Dalam Bangunan
3.7.1
Untuk instalasi penerangan daerah tanpa
menggunakan ceiling gantung di beberapa lokasi seperti tertera pada gambar
perencanaan, saluran penghantar di tanam beton.
3.7.2
Untuk instalasi penerangan daerah yang
menggunakan piconduit logam minimum. Ukuran 5 / 8 diameternya, setiap
pencabangan ataupun pengambilan saluran keluar harus menggunakan junction
box, yang terbuat dari bahan metal dan di tutup blank plate stainless steel.
3.7.3
Ujung kabel yang masuk ke dalam panel dan
junction box harus di lengkapi dengan “soket / lock nut”, Sehingga tidak
mudah lepas. Setiap kabel yang berada
pada ketinggian muka lantai dengan 2 meter harus di masukkan pada pipa
logam.
3.8 Instalasi Saklar Dan Stop Kontak
3.8.1
Saklar – Saklar
Saklar
– saklar dari jenis rocker mekanisme dengan ranting 10 – 16 ampere / 250
volt. Jika tidak di tentukan lain, Saklar – saklar tersebut bingkainya harus
di pasang rata pada tembok dengan ketinggian 140 cm di atas lantai. Sambungan
– sambungan hanya di perbolehkan antara kotak – kotak yang berdekatan.
3.8.2
Stop Kontak
Stop
kontak haruslah type Earthing Contact dengan rating 10 – 16 ampere / 250
volt. Semua pemasangan stop kontak dengan tegangan kerja 220 volt, harus
diberi saluran ke tanah (gronding). Stop kontak harus di pasang rata dengan
permukaan dinding dengan ketinggian 30 cm dari atas lantai yang sudah
selesai. Sedangkan stop kontak di atas workbench harus di pasang 150 cm di
atas permukaan tempat bekerja pada sisi depan.
3.9
Ruang Lingkup Instalasi Listrik
3.9.1
Macam – Macam Instalasi Litrik
Arus Searah ( DC
Instalasi
umumnya memakai tegangan mulai dari 1,5 volt sampai dengan 12 volt .
DalamvPenggunaannya instalasi di pergunakan untuk industri berdasarkan
elektronika dan peralatan rumah tangga.
Arus
Bolak – Balik
Instalasi
ini memakai tegangan 110 volt, 220 volt, 380 volt, 500 volt, 1000 volt, 3000
volt, 5000 volt, 6000 volt, 10 kilo volt, 21 kilo volt.
3.10 Berdasarkan Pemakaian
Instalasi
ini umumnya dipakai untuk keperluan penerangan dengan tegangan 220 volt atau
110 volt.Instalasi ini umumnya di pakai untuk penggerak pada motor-motor
listrik dengan 220 volt dan 380 volt. Motor listrik yang bisa dipakai untuk
keperluan rumah tangga biasanya bertegangan 220 volt sedangkan motor-motor
listrik yang dipakai untuk penggerak mesin-mesin berat seperti lift,
escalator, mesin bor, dan lainnya, biasanya bertegangan 380 volt. Banyak di
pergunakan pada perusahaan, pusat perbelanjaan atau tempat lainnya.
3.11Berdasarkan
Tegangan Yang Diperlukan
3.11.1 Tegangan Extra Rendah (TER)
Adalah tegangan listrik yang besar
tegangannya 50 volt ke bawah.
3.11.2 Tegangan Rendah (TR)
Adalah tegangan listrik yang batas maksimum 1000 volt.
3.11.3 Tegangan Rendah Dosmetik (TRD) Adalah
tegangan listrik di atas 50 sampai 300 volt batas maksimum.
3.11.4 Tegangan Industri (TI)
Adalah tegangan listrik diatas 300 sampai 600 volt batas maksimum.
3.11.5 Tegangan Menengah (TM) Adalah
tegangan listrik diatas 1000 volt sampai dengan 20.000 volt.
3.11.6 Tegangan Tinggi (TT) Adalah
tegangan listrik diatas 20.000 volt.
3.11.7 Tegangan Extra Tinggi (TET) Adalah
tegangan listrik diatas 380 kilo volt.
3.12
Berdasarkan Jumlah Fasa
3.12.1 Instalasi Listrik 1 Fasa ->
Umumnya diperlukan untuk penerangan instalasi rumah tinggal sederhana atau
semacamnya.
3.12.2 Instalasi Listrik 3 Fasa -> Umumnya instalasi
ini diperlukan untuk instalasi listrik penerangan pada bengkel pabrik dan
lainnya, yaitu yang memerlukan arus putaran atau listrik dalam jumlah besar
dayanya.
3.12.3 Instalasi Listrik Khusus Instalasi
ini di pakai di industri yang menggunakan alat-alat khusus dengan tenaga
listrik khusus, sehingga pemasangan memerlukan cara tersendiri yang berbeda
dengan instalasi rumah atau dengan instalasi yang umum menurut PUIL, misalnya
:
a. Instalasi
di dalam kapal laut dan pesawat terbang
b. Instalasi
di perusahan tambang
c. Instalasi
di dalam pesawat telepon dan telegram
3.13
Peraturan Instalasi Listrik
Peraturan
ini sangat diperlukan di dalam memasang instalasi agar pemasangannya dapat
baik dan benar di samping itu tujuan utama agar peraturan ini di buat agar
diperoleh suatu instalasi yang aman, terutama terhadap :
3.13.1 Keselamatan
manusia terhadap bahaya kejutan listrik.
3.13.2 Keamanan
instalasi beserta peralatannya.
3.13.3 Gedung
beserta isinya.
3.14
Syarat
– Syarat Instalasi Listrik
3.14.1 Syarat Ekonomis
-> Didalam pemasangan instalasi diusahakan biaya pemasangan dan bahan
bakunya dapat semurah mungkin.
3.14.2
Syarat
Keamanan -> Instalasi listrik harus aman dan tidak
membahyakan keselamatan jiwa manusia.
3.14.3
Syarat
Keandalan -> Dalam pemberian arus listrik pada beban harus
terjamin secara baik dan benar. Sehingga kemungkinan rusaknya peralatan
listrik sangat kecil.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Berdasarkan
hasil Praktik Kerja Industri (Prakerin) yang oleh penulis, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
4.1.1
Praktik Kerja Industri ( Praktrin )
merupakan sarana untuk mengembangkan kemampuan dasar yang dimiliki siswa
selama belajar di sekolah. Oleh karena itu, dengan praktik kerja industri
siswa dapat mengetahui lebih jelas dan nyata bagaimana situasi dan kondisi
dari suatu pekerjaan yang suatu saat nanti akan di tekuni.
4.1.2
Praktik Kerja Industri ( Praktrin ) merupakan wujud nyata dari
seluruh teori yang di dapat dari sekolah dan keduanya saling menunjang satu
sama yang lain .
4.1.3
Praktik Kerja Industri ( Praktrin ) dapat menambah wawasan dan
pengetahuan bagi siswa untuk hasil kemajuan teknologi industri menjadi
pedoman bagi siswa serta menjadi acuan untuk meningkatkan kemampuannya
DAFTAR PUSTAKA
Depdikbud. 1979. Teori dan Praktik
Kejuruan Dasar Listrik. Jakarta : Depdikbud.
Depdikbud. 2003. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta : Bakti Pustaka.
Depdikbud. 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa
Indonesia. Jakarta : Bakti Pustaka.
|
No comments:
Post a Comment