Apresiasi Sastra

Standar Kompetisi            : Berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia setara  tingkat unggul
Kompetisi Dasar               : Mengapresiasikan secara  lisan teks seni berbahasa dan teks ilmiah sederhana
Indikotor                           : 
  1. pengertian Apresiasi Seni Berbahasa
  2. Seni Bahasa dalam Prosa
  3. Menulis Resensi Karya Sastra Prosa
Menulis Resensi Pertunjukan Drama, Flim, dan Kesenian Tradisional.
A.      Apresiasi  Seni  Berbahasan
 Apresiasi Seni berbahasa adalah kegiatan memahami suatu karya sastra bermedium bahasa sehingga  timbul penghargaan terhadap karya itu karena sadar akan keindahan dan kehalusannya.

Yang harus dilakukan untuk memahami suatu karya seni:
1.       Interprestasi/penafsiran, yaitu upaya memahami karya seni dengan memberikan tafsiran berdasarkan sifat-sifat karya itu sendiri.
2.       Analisis/penguraian, yaitu penguraian karya atas bagian-bagian atau normanya.
3.       Evaluasi/penilaian, yaitu usaha menentukan kadar keberhasilan keindahan suatu karya seni.
Kenikmatan yang Timbul dari Kemampuan Menghayati Pengalaman Pengarang dalam Suatu Karya
  1. Merasa mampu memahami pengalaman orang lain
  2. Merasa pengalamannya bertambah sehingga dapat menghadapi kehidupan lebih baik
  3. Merasa kagum akan kemampuan sastrawan
  4. Mampu menemukan nilai-nilai estetik dalam karya itu

Karya Sastra yang dianggap Bermutu, Yaitu :
  1. Karya sastra adalah sebuah usaha menekan isi   jiwa sastranya:
  2. Karya sastra adalah komunitas
  3. Karya sastra adalah penghibur
  4. Karya sastra dalah sebuah karya yang pekat

     Contoh puisi :
BERDIRI AKU

Berdiri aku di tepi pantai
Memandang lepas ke tengah laut
Ombak peluang memecah  berderai
Keribaan pasir rindu berpaut

Ombak datang bergulung-gulung
Balik kembali ke tengah segera
Aku takjub berdiri termenung
Begini rupanya permainan masa

Hati ku juga seperti dia
Bergelombang-gelombang memecah ke pantai
Arus suka beralih duka
Payah mendapat perasaan damai


B.      Seni  Bahasa  dalam Prosa
Prosa dibagi menjadi dua yaitu:
Fiksi       1. Dongeng
                2. Drama
                3. Novel
                4. Cerpen
Nonfiksi               1. Esai
                             2. Kritik
                             3. Resensi
                             4. Biografi
                             5. Autobiografi

C.    Menulis Resensi Karya Sastra Prosa
        Istilah resensi berasal dari bahasa Belanda yaitu resentil yang berarti kupasan atau                   pembahasan.
  Resensi adalah kupasan atau pembahasan buku baru, film, atau drama, yang biasanya di           siarkan melalui media cetak, seperti surat kabar atau majalah.
  Tujuan pembuatan resensi adalah untuk memberikan informasi kepada masyarakat tentang       kehadiran buku tersebut serta kekurangan dan kelebihan dari buku tersebut.
  
  Perbedaan  Resensi  dan Kritik,Esai
  Resensi  dalam pembahasannya secara sepintas, tetapi  menyeluruh  masyarakat secara             umum sedangkan Kritik dan Esai pembahasan secara mendetail orang yang berkecimpung       dalam ilmu yang berkaitan dengan isi buku tersebut.

Contoh Kerangka Resensi buku:

I.                    Pendahuluan    
                Judul                     :…………….
                Pengarang          :…………….
                Penerbit              :…………….
                Tahun Terbit      :…………….
                Tebal Buku          :…………….
                Pelaku                  :…………….
                Sinopsis                :…………….

II.                  Isi, menyangkut unsur intrinsik dan ekstrinsik yang melatari suatu prosa.

III.                Kesimpulan, bagaimana kesan yang didapat dari karya tersebut.


Contoh Resensi:

                                           KASUT BIDADARI

Kasut Bidadari adalah nama sejenis anggrek yang tumbuh di hutan. Kasut berarti sepatu. Anggrek Kasut Bidadari yang tumbuh di tanah ini sangat indah. Bunganya seperti di sulam dengan benang emas. Tepiannya bewarna perak. Karena indahnya, ada dongeng tentang Kasut Bidadari ini.
Dahulu kala. Di kerajaan Kahyangan, ada 7 putri yang sangat jelita. Nama – nama mereka diambil dari nama bunga. Mawar, Dahlia, Cempaka, Tanjung, Kenanga, Cendana dan si bungsu Melati. Mereka masing- masing mempunyai kesukaan yang berbeda. Yang paling menonjol dari antara mereka adalah si bungsu Melati.
Melati sangat suka bermain – main di hutan rimba hijau. Hutan itu sering di kunjungi manusia.  Ayah mereka berulang kali melarang melati bermain di hutan itu. Sang Ayah takut jika putrinya itu bertemu dengan manusia.
Dirimba itu terdapat sungai dengan air terjun yang indah. Di saat cuaca cerah, gemercik airnya membias memantulkan sinar matahari. Sehingga terbentuklah warna – warna indah seperti pelangi.
Suatu hari Melati mengajak semua kakaknya ke Rimba hijau. Mereka turun ke bumi denagn meniti pelangi. Mereka mengenakan pakaian dan sepatu yang indah. Setibanya di bumi, mereka asik bermain di air terjun. Sedang asiknya mereka bermain, lewatlah seorang pemburu ia sangat terkejut melihat ketujuh bidadari itu. “ hei siapa kalian? Aku belum pernah melihat kalian ” seru pemburu itu. Ketujuh putri itu sangat terkejut. Mereka langsung terbang melayang ke angkasa. Saking terburu- buru, sebelah sepatu melati jatuh ke Bumi. Melati bermaksud mengambilnya. Namun kakak- kakaknya melarangnya. Ketujuh bidadari itu lalu kembali meniti pelangi. Perlahan lahan pelangi itu pun mulai menghilang.







No comments:

Post a Comment