A. Pengantar
Di dalam
sebuah tulisan atau karangan biasanya terdapat bagian yang agak menjorok ke
dalam. Bagian yang secara fisik sudah tampak dengan nyata karena adanya tanda
menjorok itu disebut paragraf. Namun, hakikat paragraf itu sebenarnya tidak
sesederhana itu. Paragraf dapat dikatakan seperti miniatur dari suatu karangan.
Paragraf merupakan sebuah karangan dalam ukuran kecil atau mini. Syarat-syarat
sebuah karangan ada pada paragraf. Memahami seluk beluk paragraf berarti juga
memahami miniatur dari sebuah bangun yang disebut karangan. Terampil membangun
paragraf berarti terampil pula membangun miniatur karangan dalam ukuran yang
lazim. Hal ini berarti bahwa paragraf merupakan dasar utama bagi kegiatan
karang-mengarang. Oleh karena itu, banyak hal yang mesti diperhatikan di dalam
membangun sebuah paragraf.
Untuk dapat
memahami secara baik mengenai paragraf, kita perlu mengetahui batasan-batasan
paragraf. Banyak pendapat mengenai pengertian dan batasan paragraf. Pada
dasarnya paragraf merupakan seperangkat kalimat yang saling berhubungan yang
secara bersama dipakai untuk menyatakan atau mengembangkan sebuah gagasan.
Dengan kata lain, paragraf merupakan inti penuangan buah pikiran dalam sebuah
karangan dan didukung oleh himpunan kalimat yang saling berhubungan untuk
membentuknya.
Dalam
sebuah karangan/tulisan, paragraf mempunyai fungsi memudahkan pengertian dan
pemahaman dengan memisahkan satu topik atau tema dengan yang lain karena setiap
paragraf hanya boleh mengandung satu unit pikiran. Paragraf juga memisahkan dan
menegaskan pengertian secara wajar dan formal untuk memungkinkan pembaca
berhenti lebih lama dari penghentian di akhir kalimat. Dengan penghentian yang
lebih lama memungkinkan terjadinya pemusatan pikiran terhadap topik atau ide
pokok yang diungkapkan paragraf. Ide pokok dalam paragraf berfungsi sebagai
pengendali informasi yang diungkapkan melalui sejumlah kalimat.
1. Kesatuan Paragraf
Salah satu kriteria paragraf yang baik adalah kesatuan.
Kesatuan paragraf adalah keeratan hubungan makna antarkalimat dalam paragraf.
Suatu paragraf dapat dikatakan mempunyai kesatuan jika hubungan antara unsur
yang satu dan unsur yang lain saling terkait maknanya. Itulah sebabnya, sebuah
paragraf hendaknya hanya mengandung satu gagasan utama yang dilengkapi oleh
beberapa gagasan penjelas atau pengembang.
Kalimat-kalimat
penjelas itu tentu saja harus mendukung kalimat utama agar tidak terdapat
gagasan sampingan yang dimunculkan dalam sebuah paragraf. Antara kalimat yang
satu dan kalimat lainnya harus mengandung makna yang sejalan agar kesatuan
paragraf benar-benar dapat terpenuhi. Contoh data yang memperlihatkan kesatuan
paragraf adalah sebagai berikut.
(1) Awan di langit tampak hitam. Suasana
sekeliling menjadi gelap. Kemudian angin bertiup meskipun hanya sebentar. Angin
mulai reda, tetapi mendung menjadi-jadi. Tampaknya hujan akan turun.
(Eps/SD/3/2006/67)
(2) Berkemah itu sangat menyenangkan,
baik perkemahan dalam rangka menyambut Hari Pramuka maupun perkemahan yang
lain. Para anggota pramuka berkumpul bersama, menyanyi riang gembira pada malam
hari, bergurau bersama kakak-kakak pembina, dan dapat menikmati segala macam
keindahan di sekitar tempat berkemah. (TS/SD/3/2004/31)
(3) Banyak wisatawan dari pelosok dunia
datang ke Bunaken. Mereka hendak menikmati keindahan panorama di dasar laut. Di
taman laut Bunaken terdapat beribu-ribu jenis ikan warna-warni yang indah.
Berjenis-jenis ikan itu hidup bebas
sekitar Pulau Bunaken. (TS/2004/98---99)
Pada contoh (1), kesatuan paragraf
ditunjukkan oleh kalimat-kalimat pengembang yang mendukung gagasan utama. Pada
contoh paragraf itu, gagasan utama terletak pada kalimat bagian akhir, yaitu tampaknya hujan akan turun. Pada contoh (2), kesatuan paragraf
ditunjukkan oleh adanya dukungan kalimat-kalimat penjelas terhadap gagasan
utama yang terletak pada awal paragraf. Semua informasi dalam kalimat
pengembang mendukung kalimat topiknya, yaitu
berkemah itu sangat menyenangkan.
Contoh (3) juga menunjukkan sebuah
paragraf yang mengandung kesatuan. Gagasan utama, banyak wisatawan dari pelosok dunia datang ke Bunaken, diperjelas
oleh kalimat-kalimat pengembang. Semua informasi tambahan mendukung informasi
dalam gagasan utama. Pengembangan gagasan utama dengan kalimat-kalimat
penjelas semacam itu mengakibatkan kesatuan paragraf karena semua kalimat
mendukung gagasan itu.
Paragraf
yang menunjukkan tidak adanya kesatuan antara lain adalah gagasan utama tidak
dikembangkan, kalimat penjelas tidak berkaitan dengan gagasan utama, dan
terdapat lebih dari satu gagasan utama. Berikut ini merupakan uraian dari
masing-masing kasus itu.
a. Gagasan Utama Tidak Dikembangkan
Sebuah
paragraf harus hanya mengandung satu gagasan utama. Gagasan utama itu harus
dikembangkan dengan kalimat-kalimat penjelas agar informasi yang ingin
disampaikan di dalam paragraf itu jelas dan lengkap. Namun, masih sering kita
lihat paragraf-paragraf yang tidak berkembang karena hanya ada gagasan utama
tanpa kalimat-kalimat penjelas sebagai pengembangnya. Contoh paragraf yang
semacam itu dijumpai dalam data berikut ini.
Banyaknya
ancaman dari pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab bisa menyebabkan kerugian
yang sangat besar bagi bangsa Indonesia.
Paragraf
pada contoh di atas hanya berupa satu kalimat yang tidak dikembangkan dengan
kalimat-kalimat penjelas. Informasi mengenai “bentuk ancaman itu seperti apa”
dan “pihak mana yang tidak bertanggung jawab” tidak dijelaskan secara lengkap.
Bentuk kerugian yang muncul pun tidak diuraikan. Akibatnya, informasi di dalam
paragraf ini tidak jelas dan tidak lengkap.
b. Kalimat Penjelas Tidak Berkaitan
dengan Gagasan Utama
Paragraf
yang baik memang harus mengandung satu gagasan utama yang dikembangkan dengan
kalimat-kalimat penjelas. Namun, kalimat-kalimat penjelas itu harus berhubungan
dan mendukung gagasan utama. Kalimat penjelas tidak boleh menyimpang dari ide
pokoknya agar informasi yang terdapat di dalam suatu paragraf jelas dan tidak
bias.
Penyimpangan
yang seringkali muncul adalah adanya kalimat penjelas yang tidak berkaitan sama
sekali dengan gagasan utama. Adapula kalimat penjelas yang berkaitan, tetapi
tidak secara langsung. Contoh data berikut ini memperlihatkan adanya
penyimpangan itu.
Itulah
sebabnya bangsa lain ingin menyaksikan dan berkunjung ke Indonesia. Contohnya
pulau Bali yang sampai saat ini masih menjadi primadona turis-turis dari
mancanegara. Kedatangan turis-turis dari mancanegara dari tahun ke tahun selalu
meningkat. Seperti turis dari Australia, Singapura, Jepang, Amerika dan masih
banyak lagi turis dari Negara yang belum disebutkan.
Dalam
paragraf tersebut kalimat 3 dan 4 bukan penjelas gagasan utama. Bahkan,
kalimat 3 dapat menjadi kalimat topik tersendiri. Yang diperlukan dalam
paragraf itu adalah kalimat-kalimat pengembang yang menjelaskan mengapa bangsa
lain ingin menyaksikan dan berkunjung ke Indonesia. Tanpa adanya penjelasan,
informasi paragraf itu menjadi kurang lengkap dan kurang tuntas.
c. Terdapat Lebih dari Satu Gagasan
Utama
Sebuah
paragraf harus hanya mengandung satu gagasan utama. Jika di dalam satu paragraf
terdapat lebih dari satu ide pokok, paragraf itu harus dipisah menjadi beberapa
paragraf bergantung pada jumlah ide pokoknya. Pemisahan paragraf itu
dimaksudkan untuk memudahkan pemahaman pembaca terhadap paragraf itu. Dalam
kenyataan sehari-hari masih sering kita jumpai adanya penyimpangan, yaitu
adanya lebih dari satu gagasan utama di dalam sebuah paragraf. Contohnya adalah
berikut ini.
Wisatawan sangat menguntungkan untuk suatu Negara, di Indonesia jumlah
wisatawan mengalami turun naik yang datang di Indonesia, terutama untuk
wisatawan mancanegara. Pada tahun 1997 wisatawan mancanegara mencapai 5.185.243
orang pada tahun berikut 1998 mengalami penurunan begitu pula pada tahun 1999.
pada tahun 2000 dunia pariwisata mulai menggembirakan dengan jumlah wisatawan
mengalami peningkatan. Dengan peningkatan jumlah wisatawan yang berkunjung ke
Indonesia akan mempengaruhi jumlah devisa yang masuk ke kas Negara Indonesia.
Dalam paragraf itu terdapat dua gagasan utama yang termuat dalam satu
kalimat. Kedua gagasan utama itu ialah wisatawan
sangat menguntungkan suatu negara dan jumlah
wisatawan yang datang di Indonesia mengalami turun naik. Dari kedua gagasan
utama itu, hanya satu yang dikembangkan dengan kalimat penjelas, yaitu Wisatawan
sangat menguntungkan untuk suatu Negara dan jumlah wisatawan yang datang di
Indonesia mengalami turun naik.
Cara
yang terbaik untuk mengefektifkan paragraf itu adalah dengan memisahkan kedua
gagasan utama itu menjadi dua paragraf yang berbeda. Gagasan utama pertama,
yaitu wisatawan sangat menguntungkan untuk suatu negara, dapat dikembangkan
dengan kalimat-kalimat penjelas. Keuntungan seperti apa yang diperoleh suatu
negara perlu dijelaskan dengan tuntas agar informasi paragraf itu menjadi
lengkap. Dengan cara itu, paragraf menjadi lebih baik.
2. Kepaduan
Kepaduan
mengacu kepada cara merangkai kalimat untuk menjamin pengembangan proposisi
dalam membentuk sebuah teks. Rangkaian kalimat itu tersusun dengan baik berkat
digunakannya alat-alat kebahasaan yang sesuai. Dengan kata lain, kepaduan suatu
teks merupakan pengorganisasian kalimat-kalimat menjadi sebuah wacana tulisan
yang tidak berdiri sendiri, tetapi saling berhubungan satu sama lain dengan
menggunakan alat kebahasaan secara tepat. Ada dua kepaduan, yaitu kepaduan
informasi atau kepaduan di bidang makna yang sering disebut koherensi dan
kepaduan bentuk yang disebut kohesi, yang lebih menitikberatkan pada hubungan
antarkalimat.
Suatu wacana
dikatakan kohesif apabila hubungan antara unsur yang satu dengan unsur lainnya
dalam wacana tersebut serasi sehingga tercipta suatu pengertian yang apik atau
koheren. Kepaduan suatu wacana dalam sebuah paragraf sangat ditentukan oleh
pemakaian alat kohesi. Dengan alat kohesi itu sebuah wacana dapat menjadi
koheren. Untaian kalimat-kalimat yang membangun paragraf dapat disusun dengan
peranti yang namanya alat kohesi itu.
Kepaduan
ditandai oleh pemarkah-pemarkah yang menghubungkan apa yang dikatakan dengan
apa yang telah dinyatakan dalam wacana itu. Kepaduan paragraf dibangun dengan
memperhatikan unsur kebahasaan yang digambarkan dengan a) repetisi/pengulangan
kata kunci, b) kata ganti, dan c) kata transisi atau ungkapan penghubung serta
perincian dan urutan paragraf.
a)
Repetisi
Kepaduan
suatu paragraf dapat dicapai melalui repetisi, yaitu dengan mengulang informasi
yang dianggap penting. Pengulangan yang dilakukan di sini tidak berarti suatu
pemborosan kata, tetapi lebih menekankan aspek pemfokusan. Contoh model
pengembangan paragraf dengan repetisi
adalah sebagai berikut.
Di
seluruh dunia, manusia memerlukan
kebutuhan yang sama. Manusia
memerlukan udara segar dan air yang
bersih. Manusia juga memerlukan tanah
yang sehat dan aman untuk bercocok tanam. Semua itu telah tersedia di bumi kita
yang kaya ini. Namun, mengapa semua itu sekarang sulit kita dapatkan?
(Yd/SD/3/2004/33)
b) Kata Ganti
Kata ganti
merupakan salah satu peranti kohesi yang sangat sering digunakan untuk membuat
paragraph yang kohesif. Contoh model pengembangan paragraf dengan kata ganti ini adalah sebagai
berikut.
(1) Banyak wisatawan dari pelosok dunia
datang ke Bunaken. Mereka hendak
menikmati keindahan panorama di dasar laut. Di taman laut Bunaken terdapat
beribu-ribu jenis ikan warna-warni yang indah. Berjenis-jenis ikan itu hidup bebas sekitar Pulau Bunaken.
(TS/2004/98---99)
Pada contoh (1) kata mereka menggantikan banyak wisatawan. Kata ganti persona mereka merupakan
bentuk kata ganti jamak. Pemilihan kata ganti jamak itu sudah sesuai dengan
konteksnya, yaitu banyak wisatawan.
Dengan menggunakan kata ganti itu, paragraf menjadi lebih kohesif. Kepaduannya
hubungan antarunsurnya pun tidak berkurang. Kata ganti penunjuk itu dan tersebut seperti contoh di bawah ini juga menjadikan paragraf itu
kohesif.
(2)
Zaman purba
dahulu, isi bumi masih lengkap. Belum ada jenis hewan dan tumbuhan yang punah. Pada
zaman itu manusia mencari makan
dengan mudah. Dengan peralatan sederhana berburu di hutan. Mereka tidak tamak
asalkan cukup untuk makan sehari. (TS/2004/129—130)
(3)
Jika bintik putih
merapat ke kulit, kulit bunglon tersebut
akan tampak berubah lebih muda. Jika bintik hitam merapat ke kulit, kulit
bunglon akan berubah menjadi lebih gelap. (TS/2004/133-134)
c) Kata transisi
Kata ini diperlukan
untuk menciptakan hubungan yang kohesif antara kalimat yang satu dan kalimat
lain dalam paragraf itu. Pemilihan kata transisi tentu harus disesuaikan dengan
jenis hubungan yang dikaitkan. Kata transisi yang biasa digunakan sebagai alat
kohesi dalam karangan antara lain adalah 1) hubungan yang menyatakan tambahan
kepada sesuatu yang telah disebut sebelumnya: lebih lagi, tambahan (pula),
selanjutnya, di samping itu, dan, lalu, seperti halnya, juga, lagi (pula,
berikutnya, kedua, ketiga, akhirnya, tambahan lagi, demikian juga); 2) hubungan
yang menyatakan pertentangan dengan sesuatu yang telah disebutkan
terlebih dahulu: tetapi, namun, bagaimanapun juga, walaupun demikian,
sebaliknya, sama sekali tidak, biarpun, meskipun; 3) hubungan yang menyatakan perbandingan:
sama halnya, seperti, dalam hal yang sama, dalam hal yang demikian, sebagaimana
halnya; 4) hubungan yang menyatakan akibat atau hasil: sebab itu, oleh
sebab itu, oleh karena itu, jadi, maka, akibatnya; 5) hubungan yang menyatakan tujuan:
untuk maksud itu, untuk maksud tersebut, supaya; 6) hubungan yang menyatakan singkatan,
contoh, identifikasi: singkatnya, ringkasnya, seperti sudah dikatakan,
dengan kata lain, misalnya, yakni, yaitu, sesungguhnya; 7) hubungan yang
menyatakan waktu: sementara itu, segera, beberapa saat kemudian,
sesudah, kemudian; 8) hubungan yang menyatakan tempat: di sini, di situ,
dekat, di seberang, berdekatan dengan, berdampingan dengan.
3. Kelengkapan Paragraf
Paragraf
pada dasarnya merupakan sebuah miniatur karangan. Sebagai miniatur karangan,
paragraf tentu harus memenuhi syarat sebuah karangan yang salah satunya adalah
unsur kelengkapan. Paragraf dapat dikatakan memenuhi unsur kelengkapan ini jika
membicarakan seluk-beluk kalimat topik secara terperinci. Paragraf dikatakan
tidak lengkap jika kalimat topiknya tidak dikembangkan dengan kalimat-kalimat
penjelas.
Aspek
kelengkapan ini sering disebut pula dengan ketuntasan. Paragraf yang dianggap
tuntas adalah paragraf yang di dalamnya sudah tercakup semua yang diperlukan
untuk mendukung gagasan utama. Hal ini berarti bahwa paragraf harus
dikembangkan sedemikian rupa sehingga pembaca tidak bertanya-tanya tentang
maksud penulis. Paragraf dianggap tuntas jika sudah mengandung informasi yang
lengkap mengenai isi paragraf itu. Kelengkapan paragraf dapat diwujudkan dengan
mengembangkan gagasan utama yang dikemas dalam kalimat topik secara lengkap.
Informasi yang terkandung di dalam kalimat topik harus didukung oleh informasi
lain agar pembaca dapat memahami apa yang dimaksud penulis.
4. Keruntutan
Yang disebut
prinsip keruntutan pada dasarnya adalah menyajikan informasi secara urut, tidak
melompat-lompat sehingga pembaca mudah mengikuti jalan pikiran penulis. Urutan
penyajian informasi dalam paragraf yang baik mengikuti tata urutan tertentu.
Ada beberapa model urutan penyajian informasi dalam paragraf dan masing-masing
model atau pola mempunyai kelebihannya masing-masing.
Keruntutan
gagasan disajikan dengan cara yang sesuai dengan masalah dan tujuan yang ingin
disampaikan. Keruntutan penyajian gagasan antara lain dapat dicapai dengan pola
urutan seperti berikut ini.
a.
Pola urutan waktu:
penulis mengungkapkan gagasannya mulai dari awal peristiwa hingga akhir atau
sebaliknya;
b.
Pola urutan
tingkat: penulis mengungkapkan gagasannya mulai dari yang terendah hingga
tertinggi, dari yang terkecil hingga yang terbesar, atau sebaliknya;
c.
Pola urutan
apresiatif (tujuannya memberikan penghargaan dengan menunjukkan kelebihan dan
kekurangannya): penulis mengungkapkan gagasannya mulai dari yang baik ke yang
buruk, dari untung ke rugi, dari yang salah ke yang benar, atau sebaliknya;
d.
Pola urutan
tempat: penulis mengungkapkan gagasannya mulai dari suatu tempat ke tempat
lainnya, dari atas ke bawah, dari dalam ke luar, dari kiri ke kanan, atau
sebaliknya;
e.
Pola urutan
klimaks: penulis mengungkapkan gagasannya dengan intensitas yang semakin
menaik. Gagasannya dimulai dari sesuatu yang kurang intans hingga yang paling
intens;
f.
Pola urutan
antiklimaks: penulis mengungkapkan gagasannya dengan intensitas yang semakin
menurun. Gagasannya dimulai dari sesuatu yang paling intens hingga yang kurang
intens;
g.
Pola urutan
khusus-umum: penulis mengungkapkan gagasannya mulai dari hal-hal yang bersifat
khusus hingga yang bersifat umum;
h.
Pola urutan
sebab-akibat: penulis mengungkapkan gagasannya dengan menempatkan pernyataan
diikuti akibat atau efek dari pernyataan itu;
i.
Pola urutan
tanya-jawab: penulis mengungkapkan gagasannya dengan cara mengemasnya dalam
bentuk pertanyaan. Jawaban atas
pertanyaan itu merupakan kalimat-kalimat pengembang.
Dari uraian
itu dapat dikatakan bahwa sebuah karangan yang dianggap runtut adalah karangan
yang di dalamnya terdapat uraian yang sistematis, baik yang dimulai dari
sesuatu yang negatif ke arah positif maupun sebaliknya. Contoh:
Mula-mula pukul 6.30
ketika lalu lintas mulai padat kira-kira belasan pemuda dari Kampung Mekarjaya
berkumpul di depan rumah pabrik itu. Sesaat kemudian berdatanganlah warga
sekitar parik itu dari segala penjuru kampung dengan membawa kain rentang
berisi slogan-slogan bernada protes. Puncaknya kira-kira pukul 9.15 ketika
polisi datang ke tempat itu dan berusaha menenangkan para pendemo. Akan tetapi,
tampaknya mereka justru merasa diancam oleh campur tangan polisi itu. Kemarahan
mereka memuncak hingga kira-kira pukul 10.35 mereka mulai melemparkan bom
molotov ke pabrik itu.
Pada contoh di atas keruntutan
ditandai oleh kata-kata seperti mula-mula, pukul 6.30, sesaat kemudian, kira-kira pukul 9.15, dan kira-kira pukul 10.35. Urutan waktu
kejadian terentang sejak pukul 6.30 hingga 10.35.
B. Jenis dan Pola Pengembangan Paragraf
Paragraf
yang disusun itu mempunyai jenis yang bervariasi yang dapat dilihat dari
beberapa segi, antara lain berdasarkan beradsarkan pola pernalaran dan
berdasarkan gaya atau corak isi paragraf.
1. Jenis Paragraf Berdasarkan Pola Pernalaran
Banyak
cara yang dapat dilakukan dalam menuangkan gagasannya dalam sebuah karangan
ilmiah atau tulisan lainnya. Namun, paling tidak ada kriteria cara penuangan
gagasan itu. Dalam setiap karangan ilmiah, seluruh gagasan itu pasti ada yang menjadi gagasan pokok
atau utamanya, sedangkan gagasan lainnya merupakan penjelas. Dalam menuangkan
gagasan itu, kita harus memperhatikan pola pernalaran. Berdasarkan pola pernalaran
itu, paragraf dapat dibedakan atas paragraf deduktif, induktif,
deduktif-induktif, dan menyebar.
a. Paragraf Deduktif
Dalam
paragraf deduktif penyajiannya dimulai dengan menampilkan pernyataan yang umum
ke yang khusus. Paragraf deduktif ini menempatkan gagasan utama dalam kalimat
topik pada bagian awal paragraf. Kalimat utama itu kemudian dikembangkan dengan
kalimat-kalimat penjelas. Contoh:
Dalam hidup ini kita mengalami berbagai peristiwa. Ada
peristiwa yang menyenangkan, menyedihkan, mengesankan, atau mengharukan. Hiburlah temanmu yang mengalami peristiwa
menyedihkan. Sebisa mungkin, bantulah temanmu yang terkena musibah.
Sebaliknya, ikutlah berbahagia jika temanmu mengalami peristiwa yang
menyenangkan atau menggembirakan.
(Yd/SD/3-/2004/56)
b. Paragraf Induktif
Struktur
paragraf dengan metode induktif adalah kebalikan dari paragraf deduktif.
Kalimat utama dalam paragraf ini ditempatkan pada bagian akhir paragraf. Pola
pernalaran paragraf ini diawali oleh hal-hal yang bersifat khusus ke yang
bersifat umum. Dengan kata lain, paragraf ini diawali dengan kalimat-kalimat
penjelas dan diakhiri dengan kalimat utama yang sekaligus juga merupakan
simpulan dari penjelasan sebelumnya. Contoh:
Ibu rajin menanam berbagai tumbuhan. Kata Ibu, warga di lingkungan
sekitar mereka sepakat melakukan gerakan penghijauan. Artinya, masing-masing
wajib menanami halaman rumahnya dengan tumbuhan. Di sepanjang jalan raya juga
ditanami pepohonan yang rindang, seperti flamboyan. Hal itu dilakukan untuk
mengurangi pencemaran udara. (Yd/SD/3/2004/19)
Berbeda dengan
paragraf yang berpola deduktif, paragraf induktif menempatkan gagasan utama
pada kalimat terakhir. Pada contoh itu, gagasan utama diletakkan dalam kalimat
terakhir, yaitu hal itu dilakukan untuk
mengurangi pencemaran udara.
c. Paragraf Deduktif-Induktif
Paragraf
Deduktif-Induktif merupakan paragraf yang kalimat utamanya terdapat pada bagian
awal dan diulang lagi pada bagian akhir paragraf. Pola pernalaran dalam
paragraf ini diawali oleh pernyataan yang bersifat umum kemudian ke khusus dan
kembali lagi ke yang umum. Contoh:
Pencemaran
udara, air, dan tanah saling berhubungan. Asap pabrik dan asap kendaraan
mencemari udara. Polusi udara tertiup ke berbagai tempat. Hujan membawa polusi
ke dalam air dan tanah. Saluran air dan sungai sering tercemar oleh sampah.
Pupuk buatan untuk pertanian dapat merusak tanah. Tanaman disemprot dengan
pestisida untuk membunuh hama. Namun, pestisida meracuni binatang dan manusia.
Hujan mengalirkan pestisida dan pupuk dari tanah ke sungai. Akibatnya, air juga
terkena polusi. Jadi, semua polusi saling berkaitan. (Yd/SD/3/2004/33)
Pada
bagian terdahulu dikatakan bahwa paragraf yang baik hanya mengandung satu
gagasan utama. Dalam paragraf di atas ada dua gagasan utama, yaitu terdapat
pada bagian awal dan akhir. Namun, jika dicermati secara saksama, gagasan yang
terdapat pada paragraf itu hanya satu. Gagasan utama yang diletakkan pada
bagian akhir paragraf itu hanya merupakan pengulangan dari yang ada pada bagian
awal. Gagasan utama paragraf itu adalah pencemaran
udara, air, dan tanah saling berhubungan yang diulang dengan format pilihan
kata yang agak berbeda pada bagia akhir, yaitu semua polusi saling berkaitan.
d. Gagasan Utama Menyebar
Pengembangan
paragraf, di samping dilakukan dengan pola pernalaran seperti yang telah
diuraikan di atas, juga dapat dilakukan dengan pola menyebar. Artinya, gagasan
utama dituangkan ke dalam setiap kalimat yang membangun paragraf. Contoh:
Seminggu sudah
berlalu, tetapi Mbak Sumi belum juga datang. Selama itu, ayah da ibu membagi
tugas harian pada seluruh anggota keluarga. Tentu saja Rahmi merasakan betapa
repot dirinya setiap hari. Ia yang terbiasa dilayani Mbak Sumi kini harus
mengerjakan semuanya sendiri. Tak jarang Rahmi kesal ketika sedang menyiapkan
keperluan sekolah, tiba-tiba ibu menyuruhnya untuk membeli sesuatu. Menyebalkan
batin Rahmi. (Yd/SD/3/2004/73)
2. Jenis Paragraf Berdasarkan Gaya atau Corak
1)
Paragraf Argumentasi (bahasan)
Penulis berusaha meyakinkan atau mempengaruhi
pembaca agar menerima gagasannya. Caranya adalah dengan mengajukan bukti-bukti,
menyajikan data, dan memberi argumentasi berdasarkan hasil pernalaran yang
mendukung gagasannya. Paragraf ini biasanya menggunakan kata-kata seperti terbukti, buktinya, contohnya, akibatnya,
dan misalnya. Contoh:
Kedisiplinan lalu lintas masyarakat di Jakarta cenderung
menurun. Hal itu terbukti pada bertambahnya jumlah pelanggaranya yang tercatat
di kepolisian. Selain itu, jumlah kurban
yang meninggal akibat kecelakaan pun juga semakin meningkat. Oleh karena itu,
kesadaran masyarakat tentang kedisiplinan berlalu lintasperlu ditingkatkan.
2)
Paragraf Eksposisi (paparan)
Paragraf ini berusaha memberikan tambahan
informasi atau pengetahuan kepapa pembaca mengenai sessuatu yang disajikan
secara akurat. Tulisan dengan corak ini bersifat tidak memihak (netral) dan
tidak berusaha mempengaruhi pembaca. Informasi dalam paragraf ini biasanya
merupakan jawaban atas pertanyaan tentan apa, bagaimana, mengapa, dan kapan.
Paragraf ini biasanya menggunakan kata-kata seperti merupakan, adalah, terdiri atas, terbuat dari, dan mengandung. Contoh:
Neozep
Cold Tablet mengandung bahan-bahan yang secara klinis terbukti mempunyai
khasiat tinggi dan efektif unt mengatasi flu dan sinusitis, sekaligus bersifat
analegetik-antipiretik dan dekongestan-antihistanin. Obat ini mempunyai efek
sinergistik denilpropanolamina HCL, Vasokontritor Simpatomimetik yg dianggap
terbaik saai ini, dan Klofenimarine maleat, ….
3)
Paragraf Deskripsi (pemerian)
Paragraf
ini menggambarkan suatu objek sejelas-jelasnya. Pembaca dikondisikan
seolah-olah berada dalam satu ruangan yang dapat merasakan, mendengar, melihat,
dan mengenali setiap sudut ruangan itu secara mendetail. Paragraf ini
menggunakan dimensi ruang dengan memanfaatkan kata-kata seperti sebelah kiri, sebelah kanan, bagian atas,
bagian belakang. Contoh:
Sebuah mobil bercat biru meluncur dengan pelan. Jalanan sudah sangat
sepi. Sesekali saja ada truk yang lewat. Udara sangat lembab dan basah. Becek-becek bekas hujan yang menderas
menjelang magrib tadi masih tampak. Gemerlap bintik-bintik air di daun kenari
terkena sinar lampu. Di langit bulan kuning remang-remang tersaput mendung
tipis.
4)
Paragraf Narasi (Kisahan)
Paragraf ini ingin memberi tahu pembaca
mengenai sesuatu yang dialami penulis. Caranya adalah dengan menceritakan
rangkaian peristiwa atau pengalaman manusia berdasarkan perkembangannya dari
waktu ke waktu. Paragraf ini menggunakan dimensi waktu dengan pola pengembangan
secara kronologi dengan bantuan kata-kata seperti mula-mula, pertama-tama, kemudian, lalu, sesudah itu, akhirnya, dan
selanjutnya. Contoh:
Sore itu kami pergi ke rumah Puspa.
Sopir kusuruh memarkir mobil. Kemudian, kami memasuki gang kecil. Beberapa
waktu kemudian, kami sampai di sebuah rumah yg sederhana seperti rumah-rumah di
sekitarnya. Pintu rumah yg sederhana itu terbuka pelan. Seorang gadis berlari
dan memelukku. Gadis itu tiba-tiba pingsan dan terkulai lemas dalam pelukanku.
3. Pengembangan Paragraf
Paragraf
akan baik jika ide pokok dikembangkan secara lengkap dan dipahami. Pengembangan
paragraf dilakukan untuk merinci secara cermat gagasan utama yang terkandung
dalam kalimat topik. Dalam perincian itu terangkai sejumlah informasi yang
terhimpun menurut kerangka dan tahapan tertentu. Dengan menuliskannya dalam
kalimat-kalimat penjelas, informasi itu disampaikan secara logis, dijalin
secara berurutan, dan ditautkan secara tertib. Untuk itu, dibuatlah berbagai
pola pengembangan paragraf.
1)
Pengembangan Paragraf dengan Kronologi
Pengembangan
paragraf secara kronologi atau alamiah disusun menurut susunan waktu. Pengembangan
paragraf secara kronologi ini pada umumnya dipakai dalam paragraf kisahan
(naratif) dengan mengembangkan setiap bagian dalam proses. Pengembangan itu
dilakukan dengan memerikan suatu peristiwa, membuat atau melakukan sesuatu
secara berurutan, selangkah demi selangkah, menurut perturutan waktu.
Susunan
itu dapat dikatakan sangat sederhana karena rincian bahan karangan dilakukan
secara berurutan atau kronologis. Sering terjadi bahwa peristiwa pertama tidak
begitu penting dan menarik sampai seluruh rangkaian peristiwa berkembang. Di
samping itu, susunan logis mengikuti jalan pikiran bahwa penempatan suatu di
belakang memberikan tekanan yang paling banyak. Sejalan dengan itu, rincian
tulisan diatur, semakin ke bawah semakin memberikan kesan penting yaitu mulai
kurang penting/menarik sampai ke bagian‑bagian yang paling menarik pada akhir
tulisan. Seperangkat kata dapat digunakan sebagai penanda perturutan waktu
itu, seperti pertama-tama, mula-mula, kemudian, sesudah itu, selanjutnya,
dan akhirnya. Contoh:
Pertama-tama
Rima menghaluskan biscuit itu. Lalu, Rima mencampur sedikit mentega dan susu
kental manis ke dalam biscuit sehingga menjadi adonan yang dapat dibentuk. Nah,
tinggal dibentuk bulat-bulat sekarang. Hmm, Rima berpikir panjang sambil
mengerutkan kening. Ya, bagian luar bulatan-bulatan ini akan aku taburi butiran
cokelat yang biasa untuk roti. Agar praktis, bola-bola biscuit itu tak perlu
dipanggang, cukup dimasukkan ke dalam lemari es. (Yd/SD/3/2004/93)
2)
Pengembangan Paragraf dengan Ilustrasi
Pengembangan
paragraf dengan ilustrasi digunakan dalam paragraf paparan (ekspositoris) untuk
menyajikan suatu gambaran umum atau khusus tentang suatu prinsip atau konsep
yang dianggap belum dipahami oleh pembaca. Pengembangan paragraf ini biasa
digunakan oleh penulis yang ingin memaparkan sesuatu yang dilihatnya.
Pemaparannya
disajikan mengikuti kesan demi kesan
yang ditangkap oleh indera penglihatannya. Dengan mengambil pada posisi
tertentu, pemaparan dimulai secara berurutan dari benda yang terdekat ke benda
yang lebih jauh/dalam letaknya, dari satu ruang ke ruang lainnya. Kesinambungan
antarbagian yang dipaparkan harus terjaga agar isi paragraf dapat dipahami dan
diikuti oleh pembaca. Contoh:
Dari
rumah Dinda kami menyusuri Jalan Flamboyan. Kami melewati pertokoan dan terus
berjalan ke arah timur. Sampai di pertigaan, kami melihat pos polisi di sudut
jalan di sebelah kanan. Kami berjalan ke arah utara menyusuri Jalan Teratai. Di
perempatan jalan kami berbelok ke barat. Kami sampai di Jalan Soka. Kami
melewati rumah Anton di sebelah kanan jalan. Tidak berapa lama kami sampai di
pertigaan menuju Jalan Kenanga. Setelah pertigaan itulah terletak toko buku
“Ghalia”. Toko itu terletak di sebelah kanan jalan berseberangan dengan kantor
pos. Kami segera menyeberang dan memasuki toko buku itu. (Yd/SD/3/2004/43)
3)
Pengembangan Paragraf dengan Definisi
Pengembangan
paragraf ini digunakan apabila seorang penulis bermaksud menjelaskan suatu
istilah yang mengandung suatu konsep dengan tujuan agar pembaca memperoleh
pengertian yang jelas dan mapan mengenai hal itu. Istilah dalam kalimat topik dikembangkan
dan dijelaskan dalam kalimat penjelas. Untuk memberikan batasan yang menyeluruh
tentang suatu istilah, kadang-kadang penulis menguraikannya panjang-lebar dalam
beberapa buah kalimat, bahkan dapat mencapai beberapa buah paragraf. Dalam hal
itu, prinsip kesatuan dan kepaduan dalam paragraf harus tetap terjaga.
Untuk
memberikan batasan tentang sesuatu, kadang‑kadang penulis terpaksa menguraikan
suatu hal dengan beberapa kalimat, bahkan beberapa paragraf. Definisi
merupakan persyaratan yang tepat mengenai arti suatu kata atau konsep.
Definisi yang baik akan menunjukkan batasan‑batasan pengertian suatu kata
secara tepat dan jelas. Alasannya antara lain adalah sebagai berikut. Salah
satu persyaratan dalam tulisan ilmiah ialah pemakaian kata‑kata secara
konsisten, baik mengenai bentuk maupun maknanya. Untuk menjaga konsistensi itu
perlu ditetapkan arti kata atau istilah yang ditulis. Menetapkan arti kata
berarti membatasi pemakaian kata itu. Arti yang sudah ditetapkan itu disebut
batasan kata yang lazim disebut definisi.
Pikiran
utama yang mengawali paragraf itu dikembangkan dengan memberikan definisi dari
istilah inti dalam pikiran utama. Contoh:
Telepon
ialah alat yang dapat dipakai untuk bercakap-cakap antara dua orang yang
berjauhan. Awalnya, telepon yang banyak dipakai adalah jenis telepon yang
dihubungkan dengan jaringan perusahaan telekomunikasi lewat kabel. Telepon
jenis ini disebut telepon rumah.
Artinya, telepon yang tidak dapat dibawa ke mana-mana, menetap di tempat kabel
telepon itu terpasang. (Yd/SD/3/2004/26)
4)
Pengembangan Paragraf dengan Perbandingan dan Pertentangan
Untuk
menambah kejelasan paparan kadang‑kadang penulis berusaha membandingkan atau
mempertentangkan. Penulis berusaha menunjukkan persamaan dan perbedaan antara dua
hal. Yang dapat dibandingkan atau dipertentangkan adalah dua hal yang
tingkatnya sama dan kedua hal itu mempunyai persamaan dan perbedaan.
Pengembangan
paragraf dengan pembandingan digunakan untuk membandingkan dua unsur atau lebih
yang dianggap sudah dikenal oleh pembaca, di satu pihak memiliki kesamaan,
sedangkan di pihak lain mempunyai perbedaan. Pengembangan ini pada umumnya
ditandai dengan kata-kata seperti, tetapi, namun, apalagi, berbeda dengan,
lagiu pula, demikian pula, sedangkan, dan sementara itu.
Pengembangan
paragraf dengan pertentangan bertolak dari adanya dua unsur atau lebih yang
sama, tetapi menunjukkan ketakserupaan pada bagian-bagiannya. Bagian-bagian di
antara keduanya kemungkinan besar sudah pasti berbeda jauh dan tidak sama. Misalnya,
lengkeng dan duku. Keduanya adalah sama-sama buah, sama-sama manis, dan
sama-sama berbentuk bulat. Akan tetapi, di antara keduanya mempunyai ketakserupaan
yang jelas pada bagian-bagiannya. Kulit lengkeng berwarna cokelat berumpun dan
daging buahnya menjadi satu dengan biji, sedangkan duku berwarna cokelat susu
dan daging buahnya berbuku-buku. Contoh:
Pertunjukan
ini biasanya ditutup dengan tari Keris yang melukiskan pemuda-pemuda desa.
Pemuda-pemuda itu membantu barong menghadapi Rangda. Karena kesaktian Rangda,
pemuda-pemuda yang bersenjatakan keris itu justru menusuk diri sendiri. Namun anehnya, tidak ada yang luka sebab
penari-penari itu mendapat kekuatan gaib atau kekuatan yang tersembunyi.
(TS/SD/3/2004/66—67)
5)
Pengembangan Paragraf dengan Sebab-Akibat
Dalam
pengembangan ini hubungan kalimat dalam sebuah paragraf dapat berbentuk
sebab-akibat. Dalam pengembangan ini, suatu paragraf mungkin berupa satu sebab
dengan banyak akibat atau banyak sebab dengan satu akibat.
Dalam hal ini sebab dapat berfungsi sebagai pikiran utama dan akibat
sebagai pikiran penjelas, atau dapat juga sebaliknya. Jika akibat
sebagai pikiran utama, untuk dapat memahaminya perlu dikemukakan sejumlah
penyebab sebagai rinciannya. Sebab-akibat sebagai pikiran utama dalam paragraf
itu dapat ditempatkan pada bagian permulaan atau bagian akhir. Pengembangan
ini dipakai dalam tulisan ilmiah atau keteknikan untuk berbagai keperluan,
antara lain, untuk (1) mengemukakan alasan yang masuk akal, (2) memerikan suatu
proses, (3) menerangkan mengapa sesuatu terjadi demikian, dan (4) meramalkan
runtunan peristiwa yang akan datang. Contoh:
Minuman yang mengandung alkohol tinggi
dapat membuat orang menjadi mabuk dan tidak dapat berpikir secara normal.
Minuman alkohol memiliki dampak negatif terhadap saraf. Akibatnya, seorang
pemabuk kurang dapat mengendalikan diri, secara fisik, sosial, dan pikologis.
.... (KT/PT/S/E/L/PM)
6)
Pengembangan Paragraf dengan Pembatas Satu Per Satu/Contoh
Sebuah
generalisasi yang terlalu umum sifatnya harus diuraikan dengan penjelasan. Agar
dapat memberikan penjelasan kepada pembaca, kadang‑kadang penulis memerlukan
contoh‑contoh yang konkret.
Pengembangan
paragraf dengan pembatas satu per satu atau contoh kalimat digunakan untuk
dengan memberikan penjelasan kepada pembaca karena gagasan utama kalimat topik
masih dianggap terlalu umum sifatnya. Dalam kalimat penjelas, gagasan utama
dalam kalimat topik itu diuraikan dengan memberikan contoh-contoh konkret.
Dalam
pengembangan paragraf ini, pikiran utama dikembangkan dengan penjelas yang
berupa contoh. Contoh itu kemudian diuraikan dengan berbagai keterangan yang
dapat memperjelasnya. Dengan contoh yang diuraiakn dengan penjelas-penjelas
itu pembaca dapat lebih mudah memahami isi paragraf itu. Sumber pengalaman
sangat efektif untuk dijadikan contoh.
Dalam
hidup sehari-hari kita perlu menyisihkan waktu untuk bermain dan beristirahat. Kamu dapat melakukan apa saja
seperti menonton televisi, membaca buku dan majalah, bermain laying-layang,
bermain bulutangkis, atau apa pun sesuai kesukaanmu. Pilihlah hiburan yang
sehat: sesuatu yang membawa manfaat dan tidak membahayakanmu. Lakukan pada
waktu dan tempatnya. Saat belajar, belajarlah dengan sungguh-sungguh. Saat
bermain, bermainlah dengan sepenuh hati. (Yd/SD/3/2004/85)
7)
Pengembangan Paragraf dengan Repetisi (Perulangan)
Pengembangan
paragraf dengan pengulangan sering digunakan untuk mengingatkan kembali pada
pokok gagasan dan menguatkan pokok bahasannya. Pokok bahasan yang dikemukakan
pada awal paragraf diulangi pada akhir paragraf sebagai kesimpulan. Jadi, jika
kata atau gugus kata pada sebuah kalimat diulang pada kalimat berikutnya,
pembaca diingatkan kepada informasi yang pernah dibacanya.
Dalam pengembangn paragraf secara repetisi ini,
sebuah pokok bahasan ditampilkan secara berulang pada kalimat berikutnya. Cara
pengembangan dengan pengulangan ini juga dapat dimaksudkan untuk menekankan
pokok persoalan atau pokok bahasan dalam paragraf itu.
Perulangan
adalah penyebutan kembali suatu unit leksikal yang sama yang telah disebut
sebelumnya (Halliday dan Hasan, 1989:81). Perulangan dapat berupa perulangan
kata, frasa, atau klausa. Di samping itu terdapat juga perulangan sebagian dan
perulangan seluruhnya. Dalam perulangan itu, kemungkinan yang diulang adalah
nomina atau verba, atau kategori kata lainnya.
Di
seluruh dunia, manusia memerlukan kebutuhan
yang sama. Manusia memerlukan udara
segar dan air yang bersih. Manusia juga memerlukan tanah yang sehat
dan aman untuk bercocok tanam. Semua itu telah tersedia di bumi kita yang kaya
ini. Namun, mengapa semua itu sekarang sulit kita dapatkan? (Yd/SD/3/2004/33)
8)
Pengembangan Paragraf dengan Kombinasi
Pengembangan
paragraf juga dapat dilakukan dengan mengombinasikan beberapa metode
pengembangan. Pengembangan ini dapat dilakukan dengan memadukan repetisi,
terutama repetisi kata-kata kunci atau kata ganti dengan analogi. Pengembangan
paragraf dengan kombinasi ini paling sering digunakan oleh penulis untuk
menuangkan gagasan-gagasannya. Cara pengembangan ini memang paling mudah
dilakukan.
Aku pernah mengalami peristiwa banjir
di lingkunganku. Peristiwa itu terjadi setahun yang lalu. Hari itu aku
bersiap-siap ke sekolah. Namun, hujan belum juga reda. Hujan sudah turun sejak
kemarin sore tanpa henti. Itu hujan terlama setelah kemarau panjang. Sudah dua
minggu hujan selalu turun setiap hari, tetapi
tidak sederas dan selama malam itu. Aku segan untuk berangkat. Namun, ayah dan
ibu sudah bersiap-siap ke kantor. Ayah akan mengantarkanku terlebih dahulu.
(Yd/SD/3/2004/59)
Pada
contoh di atas, pengembangan paragraf dilakukan melalui kombinasi. Pada contoh
itu pengembangan dilakukan dengan cara pemanfaatan kata ganti takrif itu pada peristiwa itu yang mengacu pada peristiwa
banjir di lingkunganku. Pemakaian kata ganti takrif itu dikombinasi dengan
penggunaan konjungsi adversatif yang menyatakan makna perlawanan.
No comments:
Post a Comment